Mohon tunggu...
dedi efendi
dedi efendi Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Madrasah

Pak DE adalah guru yang mendedikasikan hidupnya untuk meraih keridhaan Allah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Frenemies: Teman atau Musuh dalam Selubung Persahabatan?

11 Desember 2024   09:24 Diperbarui: 11 Desember 2024   09:24 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah mendengar atau bahkan mengalami hubungan persahabatan yang terasa tidak sepenuhnya tulus. Mereka yang terlihat sebagai teman namun menyimpan niat atau tindakan yang merugikan sering disebut sebagai frenemies. Istilah ini, gabungan dari friend (teman) dan enemy (musuh), menggambarkan hubungan yang kompleks: di satu sisi ada kebersamaan, di sisi lain tersembunyi konflik atau persaingan.

Frenemies bukanlah konsep baru, tetapi relevansinya semakin terasa di era modern. Media sosial, budaya kompetisi, dan tekanan untuk terlihat sempurna di depan orang lain membuat fenomena ini kian marak. Tetapi, apa sebenarnya frenemies itu? Dan bagaimana kita menghadapinya?

Frenemies: Hubungan Dua Wajah

Frenemies sering kali menunjukkan dua wajah yang berbeda. Mereka tampak mendukung, tetapi ada nada sinis di balik ucapan mereka. Dalam konteks profesional, mereka mungkin rekan kerja yang membantu tetapi diam-diam iri pada keberhasilan Anda. Dalam kehidupan pribadi, mereka bisa menjadi teman yang selalu membandingkan diri dengan Anda dan membuat Anda merasa tidak cukup baik.

Karakteristik umum dari frenemies:

  1. Dukungan Bersyarat: Mereka mendukung Anda hanya jika itu menguntungkan mereka.
  2. Komentar Pasif-Agresif: Mereka sering memberikan komentar yang tampaknya manis, tetapi sebenarnya menyakitkan.
  3. Persaingan Terselubung: Mereka berkompetisi dengan Anda, terkadang secara terang-terangan, tetapi lebih sering dengan cara halus.

Mengapa terjadinya frenemies? Hubungan frenemies sering lahir dari dinamika berikut:

  1. Rasa Tidak Aman
    Orang yang tidak percaya diri sering kali merasa perlu merendahkan orang lain untuk merasa superior.
  2. Kebutuhan Akan Pengakuan
    Frenemies mungkin memiliki kebutuhan tinggi akan validasi, sehingga mereka merasa perlu bersaing atau bahkan menyabotase orang di sekitar mereka.
  3. Tekanan Sosial
    Dalam lingkungan sosial atau profesional yang kompetitif, hubungan frenemies bisa menjadi cara untuk "bertahan hidup" dengan menjaga hubungan, meskipun penuh kepura-puraan.

Frenemies di Era Digital

Media sosial telah membawa dinamika frenemies ke level yang baru. Di balik komentar "manis" di media sosial, ada sindiran atau rasa iri. Frenemies bisa menjadi pengikut setia yang selalu like foto Anda tetapi diam-diam membicarakan Anda di belakang.

Fenomena ini dikenal sebagai digital frenemies, di mana hubungan dua wajah ini diperkuat oleh anonimitas dan jarak yang diberikan oleh dunia maya. Dampaknya bisa sangat negatif, terutama pada kesehatan mental, karena seseorang terus-menerus merasa terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Hubungan frenemies bisa berdampak signifikan pada kesehatan emosional dan sosial:

  1. Stres dan Kebingungan
    Anda mungkin merasa tidak nyaman tetapi tidak tahu bagaimana menghadapinya, terutama jika hubungan tersebut sangat dekat.
  2. Penurunan Kepercayaan Diri
    Komentar pasif-agresif dapat membuat Anda meragukan diri sendiri.
  3. Mengganggu Hubungan Lain
    Ketidakpastian dalam hubungan dengan frenemies dapat memengaruhi cara Anda berinteraksi dengan orang lain.

Untuk menghadapi frenemies membutuhkan kebijaksanaan. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan:

  1. Kenali Tanda-Tandanya
    Jika Anda merasa tidak nyaman atau sering menjadi target komentar negatif terselubung, mungkin Anda sedang berhadapan dengan seorang frenemies.
  2. Tetapkan Batasan
    Tidak semua hubungan perlu diputuskan, tetapi penting untuk menjaga jarak emosional agar tidak terpengaruh.
  3. Fokus pada Lingkaran Positif
    Berinvestasilah pada hubungan yang tulus dan memberikan dukungan nyata.
  4. Respon Bijak
    Hindari terjebak dalam lingkaran konflik. Jika diperlukan, responlah dengan sopan tetapi tegas.

Frenemies adalah bagian dari dinamika kehidupan sosial kita. Namun, penting untuk selalu mengingat bahwa hubungan yang tulus adalah investasi terbaik bagi kesehatan mental dan emosional. Kutipan Diogenes memberi kita pelajaran berharga: daripada terjebak dalam permainan mereka, fokuslah pada nilai-nilai positif Anda.

Dengan sikap bijak, kita bisa melangkah lebih jauh tanpa terjebak dalam hubungan yang merugikan. Frenemies hanya akan memperlihatkan sisi buruk mereka sendiri, sementara Anda tetap melangkah dengan martabat dan kebijaksanaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun