Mohon tunggu...
Dedi  Djanuryadi
Dedi Djanuryadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Man Born is free but everywhere in chains

Penggiat jurnalistik, public relations, fotografi, modelling, serta event organizer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Singapura, Gairah Baru di Tengah Pandemi

29 Agustus 2020   16:49 Diperbarui: 29 Agustus 2020   16:45 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singapura sepertinya tak mau ketinggalan kereta oleh negara-negara lain. Bayang-bayang perkembangan Covid 19 yang selalu berubah-ubah, disikapinya dengan langkah-langkah tegas, cepat, serta bijak. Sikap ini tercermin dari pidato Presiden Singapura,  Halimah Yacob, pada pembukaan Sidang Parlemen Singapura ke 14, baru-baru ini di Singapura (Senin, 24/8). .

Seperti diberitakan Chew Hui Min dari Chanel News Asia (CNA). Presiden wanita dari Negeri Singa ini melakukan beberapa kebijakan yang dianggap memiliki visi tegas dan berpikiran ke depan. Berikut rangkumannya :

1. Pemerintah mengucurkan bantuan 100 milyar dolar Singapura

Sejak kemerdekaannya, kali ini Singapura berhadapan dengan resesi terburuk sepanjang sejarahnya. Walaupun saat ini telah menyuntikan dana sebesar 100 milyar dolar Singapura, dalam kurun waktu  yang belum bisa ditentukan,  tetap saja  negara ini berada dalam kondisi suram.

"Negara ini berada pada titik perubahan sepanjang sejarahnya," ujar Presiden Halimah.

2. Munculnya generasi dan pemimpin baru

Saat ini Singapura menapak era kemunculan generasi  dan para pemimpin  baru yang semakin dewasa untuk  melangkah ke masa depan.

 "Singapura memiliki aspirasi dan harapan baru  yang didalamnya terkandung keberagaman yang suaranya bisa didengar,  serta adanya check and balances yang lebih kuat, "tambahnya.

3. Memperkuat identitas Singapura

Halimah berpendapat, kunci sukses masa depan Singapura terletak pada rasa identitas bersama. Kebersamaan memiliki rumah bersama yang lebih baik. Kekuatan besar yang dapat menguji solidaritas masyarakat atas tekanan perbedaan pandangan di media sosial, tekanan ekonomi, ketidaksetaraan sosial, sistem  multi ras, persaingan para pemegang izin kerja, serta tentunya ancaman Covid 19 sebagai prioritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun