Mohon tunggu...
Dedi Hardianto Putra
Dedi Hardianto Putra Mohon Tunggu... wiraswasta -

"Menggapai impian di Tanah Jawa"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Apakah Aku Hanya Masa Lalu Bagi Bapak?

28 Juni 2013   09:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:18 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1372388098942790747

Ilustrasi: plus.google.com

Hari ini tepat lima tahun kepergian ibu. Masih segar dalam ingatanku ketika ibu masih ada. Sesuatu yang sangat berharga bisa melewati hari bersama ibu dan bapak.

Namaku Roni, aku anak tunggal dari keluarga nelayan yang sangat sederhana. Diusiaku yang kini menginjak 15 tahun dan sudah tidak sekolahlagi karena keadaan yang mengharuskan aku tidak sekolah lagi. Aku sekarang hidup bersama nenek yang sudah berusia lanjut digubuk reot ini. Tiap hari aku bekerja mengais rezeki ditengah laut untuk menyambung hidup. Tak seperti anak-anak lainnya yang duduk dibangku sekolah menikmati hidup bersama orangtuanya. Aku hanya hidup bersama nenek yang sudah tak ingat apa-apa lagi. Aku hidup jauh dari kata bahagia tanpa kedua orangtua.

Ibu pergi ketika aku masih kanak-kanak. Ketika aku benar-benar butuh perhatian dari seorang ibu. Tapi ibu pergi untuk selamanya meninggalkan aku bersama bapak. Sungguh berat dan sulit untuk diterima ketika harus kehilangan ibu dalam hidup. Tapi itulah takdir yang harus diterima bahwa sesuatu yang bernyawa pasti akan mati. Hmmm hari-hari tanpa ibu membuat aku selalu mengurung diri dikamar. Beruntunglah ada bapak satu-satunya yang masih ada untuk hidupku. Bapak yang selalu menguatkanku ketika ibu tiada. Bapak bilang sama aku kalau aku harus kuat. Bersyukur aku masih punya bapak yang sangat peduli sama aku. Aku berusaha tersenyum pada dunia. Senyum akan kehilangan dan senyum syukur karna bapak.

Tapi senyum itu ternyata tak bertahan lama. Setahun kepergian ibu dan belum hilang rasanya kehilangan, bapakku menikah lagi dan pergi tanpa meninggalkan apapun bersama istri barunya, bak jatuh tertimpa tangga itulah yang aku alami saat ini. Bapak yang menjadi sandaranku pergi entah kemana. Aku ditinggalkan disini sendiri, aku dilupakan sama bapak. Mungkinkah cinta baru telah membutakan mata hati bapak sampai-samapi bapak lupakan aku darah dagingnya.

Dulu masih kuingat disaat aku merasakan indahnya hidup bersama orang-orang yang dicintai. Disayang, dimanja oleh ibu bapak sangat membuatku bahagia, senyumpun selalu menghias bibir ini. Tapi itu dulu ketika semua masih ada. Tapi kini takkan pernah ada lagi keindahan seperti dulu. Semua terkubur bersama ibu yang telah tiada dan bapak yang kini entah kemana. Aku harus bekerja menguras tenaga seorang diri demi menyambung hidupku. Kini tangan kecil ini harus menerima kerasnya hidup tanpa orangtua lagi. Sungguh seorang anak sepertiku ketika menjalani ini semua teramat berat rasanya. Seakan ini semua dalam mimpi buruk saja. Aku tak kuat jalani hidup seperti ini, terus dalam kelabunya dunia. Aku ingin lari dan menjauh bersembunyi dari dunia ini. Dunia yang membuat aku harus menelan kenyataan pahit tanpa ibu dan bapak. Dunia yang membuat aku harus menelan dan harus berjuang menerjang badai kehidupan seorang diri. Dan dunia yang memaksakan aku untuk berjuang ditengah lautan demi sesuap nasi.

Aku kangen ibu. Ingin rasanya memeluk ibu sepeti dulu dan memijat kakinya ketika ibu letih bekerja seharian. Ingin ibu ada disini membelai rambutku disaat aku kecil dulu.

Kadang aku merasa takut melalui dunia keras ini seorang diri. Tanpa ilmu pengetahuan, buta akan perkembangan zaman. Entah jadi apa aku nanti dengan keadaan seperti ini.

***

Malam ini hujan turun dengan lebatnya. Dunia diselimuti dinginnya air hujan. Tidak ada suara orang sama sekali. Yang terdengar hanyalah air hujan yang menari-nari diatap rumah. Dinginnya malam ini membuatku semakin kesepian. Nenek sudah terlelap tidur dan mungkin tengah bermimpi indah, terbuai dalam mimpi yang tak nyata. Kupandangi gambar aku ibu dan bapak yang tergantung di dinding kamarku. Kenangan indah bersama bapak dan ibu yang masih tersisa. Jatuh air mata ini memandangi ini semua.

Kutatap foto ibu dalam-dalam, berusaha mengingat kembali masa indah itu…..

Ibu, tahukah ibu kalau sekarang aku sudah besar…

Tahukah ibu kalau sekarang aku kedinginan tanpa ada ibu dan bapak disini..

Tahukah ibu kalau anak ibu berjuang sendiri menantang terjalnya kehidupan..

Aku tahu ibu sedih melihat ini semua, melihat anak ibu yang sengsara kini..

Jika ibu masih ada tentu aku tak akan seperti sekarang ini..

Ibu, tahukah ibu kalau bapak meninggalkan aku sendirian..

Bapak tak pernah datang lagi kerumah kita bu,,,,

Bapak telah lupa sama kita bu..

Bapak tak seperti dulu lagi..

Hiksss hikkss ibu aku tak kuat menghadapi ini semua..

Peluklah anakmu ini ibu..

Aku ingin merasakan hangatnya dekapan seorang ibu seperti dulu…

Aku rindu ibu..

Batin ini berusaha berbicara pada foto ibu. Tak kuat lagi rasanya kutahankan air mata ini. Air mata ini bukti bahwa dibalik perjuanganku ada rasa lelah yang teramat. Kupandangi foto bapak yang memeluk aku sama ibu.Bapak yang kini entah dimana. Kucoba mengingat kembali kenangan-kenangan indah itu. Kenangan disaat aku duduk dipangkuan bapak. Kenangan disaat aku dalam rangkulan bapak. Bahagia yang kurasakan dulu takkan pernah kudapatkan lagi kini.

Bapak yang menghilang bak ditelan bumi menghancurkan masa-masa kecilku yang indah. Bapak bahagia bersama kehidupan barunya sementara aku disini terkatung-katung tanpa arah dan tujuan hidup.

Bapak, aku ingin bapak membaca ini…:

Pak, ini aku Roni anak bapak..

Anak yang bapak tinggalkan begitu saja.,

Kembalilah pak,Roni sekarang sudah besar pak..

Bapak tak tahu kalau kini Roni hidup tak ada yang mengurus..

Bapak juga takkan pernah tahu kalau Roni kangen bapak…

Pak, cobalah buka hati bapak yang terdalam…

Rasakan kalau disini anak bapak terlunta-lunta tanpa arah..

Rasakan kalau darah daging bapak kini berjuang sendirian menghadapi kerasnya kehidupan…

Cobalah ingat aku disini pak…

Aku tak mengharapkan uang dari bapak..

Tapi yang kuharapkan adalah kehadiran bapak..

Kuingin berada dipangkuan bapak seperti dulu….

Tapi apakah ini semua bisa terwujud pak…?? Entahlahh sulit rasanya,,,,

Bapak telah lupa sama aku disini….

Hikss aku butuh cinta bapak sama ibu…

Pak, apakah aku hanya menjadi bagian dari masa lalu bapak saja??

Tolong pak, jangan lupakan aku….

Kembalilah pak, jalani hidup seperti dulu walau tanpa ibu kini…

Pak, cukup ibu yang telah pergi..

Aku tak kuat lagi jika harus kehilangan bapak….

Aku tahu bapak kini bahagia bersama kehidupan baru bapak…

Tapi aku mohon pak, disini ada buah dari masa lalu bapak sama ibu..

Pak, apa karna bapak telah punya jagoan kecil lagi..??

Karna itu aku dilupakan..

Karna itu bapak tak pernah kembali lagi…

Paaaaakk. Tengoklah aku…tengoklah makam ibu…..

Kami semua pernah menjadi bagian dalam hidup bapak…

Kami semua pernah menjadi orang yang bapak sayangi…

Pak, apakah aku hanya masa lalu bagi bapak?

Masa lalu yang bapak kubur dalam-dalam..

Masa lalu yang tak pantas bapak kenang lagi??

Apakah itu benar pak??

Aku ini masih hidup pak….

Masih butuh sosok bapak dalam hidupku…

Sungguh hati ini perih..

Aku anak yang bapak lupakan..

Aku anak yang bapak tinggalkan sendirian…

Aku mohon kembalilah pak….

Kembali seperi dulu dan hidup bersamaku walau tanpa ibu lagi..

Kembalilah pak bersamaku anak bapak….

Bapak……

Diluar hujan semakin deras menemani tangisku malam ini. Tangis seorang anak yang kehilangan bapak dan ibunya. Entah sampai kapan aku harus hidup seperti ini dalam kesepian yang mencakar kehidupanku semenjak bapak dan ibu tak lagi disini. Semoga kelak Tuhan akan mengeluarkan aku dari sepi ini.

Sebuah perjalanan dari anak manusia yang tak pernah lepas dari masa sulit yang mencengkram hidupnya disiang dan dimalam hari.

Oleh: Dedi Hardianto Putra

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun