Mohon tunggu...
Dedib wiliams
Dedib wiliams Mohon Tunggu... Administrasi - Goresan ide dan hati

Aku Percaya

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mau Dibawa ke Mana Hubungan Kita

27 Juni 2020   11:30 Diperbarui: 27 Juni 2020   11:30 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mau Dibawah Kemana Hubungan Kita ?
( Mazmur 13:1-6)

Jikalau kita membaca kitab Mazmur secara keseluruhan maka sudah bisa dipastikan bahwa Pemazmur memiliki hubungan yang begitu intim dan mesra dengan Tuhan. Bahkan di awal kitab ini, Mazmur Pasal 1:1-6 Pemazmur seolah-olah sedang memberikan kesaksian bahwa ia tidak salah pilih dan membangun sebuah hubungan. Begitu banyak analogi yang mengekspresikan bagaimana Pemazmur begitu mengagumi dan percaya sepenuhnya kepada Pribadi yang ia cintai. 

Ungkapan seperti Gunung Batu, Kota Benteng, Gembala yang baik adalah analogi yang begitu luar biasa yang membuat rasa nyaman, kepuasan dan memiliki daya tarik. Pemazmur benar-benar jatuh cinta pada Tuhan. Sederhananya adalah pemazmur mau berkata yang hidupnya berbahagia adalah dekat dengan Tuhan. Ini merupakan pengalaman Pemazmur sekaligus ajakan bagi setiap orang untuk menaruh percaya serta menjalin hubungan dengan Tuhan. N

amun jikalau kita membaca Mazmur 13:1-6, tampaknya Pemazmur sedang mengalami GeGaNa : Gelisah Galau dan meraNa. Digambarkan dalam bacaan ini Pemazmur merasa dilupakan, ditinggalkan, diabaikan, Ia menjadi sedih dan amat kuatir. Kekuatirannya seolah-olah membuyarkan semua analogi indahnya tentang Tuhan, bahwa Tuhan adalah Gunung Batu, Kota Benteng, Gembala yang baik. Ia merasa Tuhan telah mengalihkan pandanganNya dan berlalu darinya. Tetapi satu hal yang luar biasa Pemazmur tidak lekas mengakhiri hubungannya dengan Tuhan. Muncul pertanyaan kemanakah Pemazmur membawa hubungannya dengan Tuhan di tengah masalah yang sedang ia hadapi ?

Setiap kita memiliki cara pandang yang berbeda-beda ketika beriman pada Tuhan, Cara pandang itu yang pada akhirnya menentukan bagaimana sikap kita dalam berelasi dengan Tuhan. Sama seperti Pemazmur tentu kita memiliki gambaran bahwa Tuhan yang kita percaya adalah penolong dan penyelamat. Kita menjalin hubungan dengan Tuhan dengan sebuah keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong kita dan memberikan berkat yang berlimpah. 

Situasi dunia saat ini dengan adanya pandemic covid19 tentu membuat beberapa orang percaya termasuk saya mempertanyakan tentang pertolongan Tuhan, Hubungan kita denganNya-pun mulai goyah dalam dunia romastisme biasa dikenal dengan istilah "gantung" / tanpa kepastian. 

Meskipun ada orang yang memakai situasi covid19 sebagai moment untuk berefleksi dan mempererat hubungan dengan Tuhan. Mengisi dengan berbagai aktifitas positif bersama keluarga. Namun tidak dapat dipungkiri dengan adanya “jarak social” yang berimbas pada terhentinya segala aktifitas membuat sebagian orang terjerembab pada dosa sehingga terputus hubungan yang intim dengan Tuhan. Adanya perasaan bahwa Tuhan meninggalkan dan tidak menolong, putus asa kehilangan pekerjaan, apalagi harus kehilangan orang yang mereka cintai.

 Dosa-dosapun mulai muncul pertengkaran antar suami dan istri karena masalah ekonomi, pencurian karena kehilangan pekerjaan, membuka situs-situs porno Karena kuranngya aktifitas positif dan lebih banyak di rumah, dll. Hingga detik ini tak jarang kita terus bertanya Tuhan dimana? Sampai kapan kita ada dalam situasi yang buruk ini? Dan iman kita mulai rapuh.

Jika demikian apa yang semestinya kita lakukan. Mau dibawah kemana hubungan kita dengan Tuhan ? Jawabannya adalah “Kasih Setia Tuhan” mari kita belajar dari Pemazmur, ia pernah ada dalam situasi yang buruk. Namun dia tidak lantas berhenti percaya kepada Tuhan. Kemanakah ia membawa hubunganya dengan Tuhan? Dalam situasi yang buruk Pemazmur justru menaruh dan membawa hubungannya kepada Kasih setia Tuhan. Ia begitu amat percaya kepada Kasih setia Tuhan yang menyelamatkan. 

Relasi kita dengan Tuhan tidak akan pernah goyah jika terus diarahkan kepada Kasih Setia Tuhan. Justru sebaliknya kita akan terus melihat kebaikan Tuhan dibalik masalah yang saat ini sedang kita hadapi. Wujud nyata menaruh hubungan kita pada Kasih setia Tuhan adalah dengan berusaha sunguh-sunguh dan terus menerus berusaha untuk menghadapi masalah dan penderitaan dalam hidup. Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita berjuang sendiri. 

Perjuangan kita melawan Covid 19 adalah lewat kepatuhan yang sungguh terhadap protokoler yang sudah diberikan pemerintah. Dalam perjalanan berelasi dengan Tuhan tentu ada onak dan duri, kita mungkin tidak dapat menyingkirkan duri namun kita bisa menebalkan alas kaki. Mari terus menaruh rasa percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhanlah keselamatan kita dan akhirnya sama seperti Pemazmur kita akan terus bersorak-sorai. Bukankah semua yang ada di kolong langit ini akan berlalu? Namun yang tertinggal hanyalah Kasih Setia Tuhan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun