Telunjuk lurus kelingking berkait itu peribahasa Indonesia. Didokumentasikan oleh sastrawan Aman Datuk Mojoindo dalam kumpulan pepatah indonesia terbitan Depdikbud tahun 1978. Aslinya merupakan pepatah minang " Talunjak luruh kalingkang bakaih". Artinya, lain yang diucapkan lain yang ada dalam hati. Pepatah yang sama "Pepat di dalam lancung di luar", "Geleng bukan angguk", "Lain di mulut lain dihati".Â
Dengan pepatah atau peribahasa itu, saya mencoba menyimpulkan debat kata, dan diskusi banyak orang yang mempertanyakan sikap Presiden Joko Widodo terhadap wacana yang berkembang yaitu "Presiden 3 periode dan pemilu diundur".
Presiden (Jokowi) 3 periode, mulanya diunggah Dr. Mohamad Qodari S.Psi MA. Lebih setahun lalu. Pengamat Politik dan peneliti muda itu tampil pede dengan alasan pingin menduetkan Jokowi dengan Prabowo Subianto. Ini katanya untuk menghindarkan polarisasi diantara pendukung kedua pemimpin publik itu.
Menurut Qodar, kedua tokoh itu memiliki pendukung yang sama. Kalau dipersatukan amanlah negeri ini, begitu kira-kira yang ada dibenak mas Qodar.Â
Pemikiran sederhana tapi menggelindingkan bola panas ke panggung politik negeri kita. Wacana itu segera mengundang reaksi. Kebanyakan menolak. Itu melanggar konstitusi, kata banyak pihak.
Pasal 7 UUD 45 menentukan Presiden dipilih untuk masa 5 tahun dan dapat diperpanjang hanya 1 kali. Jadi hanya 2 periode saja. Memang bisa dirubah dengan mengamandemen UUD.Â
Tapi itu bukan jalan mudah. Jalan penuh liku dan terjal. Jangan pula berpikir jalan tol yang lurus bebas hambatan. Yang paling keras menentang wacana itu adalah Badan Eksekutif Mahasiswa seluruh Indonesia.Â
Menurut mereka, wacana itu merupakan penghianatan terhadap reformasi 1998 yang telah dibangun mahasiswa dan rakyat secara berdarah darah. Kemudian ketika masalah 3 periode masih jadi perbincangan pro kontra tiba tiba muncul pula wacana baru: "Pemilu diundur".
Dari penyampai komentar yang beraroma penolakan, saya ambil saja 2 tokoh yang rasanya bisa menjadi representasi banyak orang. Mereka adalah peneliti LIPI Prof. Dr. Cipta Lesmana dan ekonom handal Prof. Dr. Rizal Ramli.Â
Kedua tokoh bangsa ini mempertanyakan sikap tegas seorang presiden bernama Joko Widodo. Dulu awal muncul wacana 3 periode, Jokowi meski terdengar agak tegas menolak tapi ada tambahan kalimat semu "saya taat konstitusi ".Â
Ini bisa diartikan jika konstitusi berubah karena ada amandemen maka ia pun sangat mungkin menerima periode ke tiga itu.