Atau Bapak B selalu di pojok shaft paling depan. Atau Bapak C yang selalu duduk di dekat AC atau di bawah kipas angin, dan sebagainya. Dan kalau ybs tidak datang atau berhalangan atau sholat di mesjid/musholla lain, sering menimbulkan tanda tanya bagi jama'ah lain. Bapak A kemana ya...! Bapak B sholat dimana ya...! Bapak C sakitkah....? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Biasanya jama'ah tipe ini datang dengan tampilan pakaian muslim sejati. Sarungan atau celana panjang, baju koko, berkopiah atau pakai songkok di kepala, bawa sajadah sendiri, baunya wangi, kukunya dipotong, wajahnya bersih. Pokoknya jika dilihat menyejukan hati  Â
Hampir mirip dengan jama'ah tipe pertama A, jama'ah tipe pertama B ini datangnya sekitar 15 menit sebelum azan berkumandang. Mungkin ybs hanya sempat melaksanakan amalan/ibadah sunat sholat Tahyathul Mesjid, zikir dan berdoa saja. Setelah itu mereka langsung mengikuti prosesi sholat (Jum'at) berjama'ah.
Orang-orang tipe pertama ini sangat perhatian terhadap kesempurnaan sholat dalam segala hal. Orang-orang ini sangat care terhadap jadwal waktu sholat, sehingga selalu memonitor waktu sholat yang selalu berubah dari hari ke hari dalam hitungan menit, dan tidak pernah telat datang ke mesjid, selalu di shaft satu.Â
Menurut ceramah ustad yang sering saya dengar, orang-orang ini setiap sholat berjama'ah akan mendapat ganjaran onta atau pahala yang banyak. Bahasa jaman now-nya, dapat "bonus pahala" paling banyak dari Allah SWT karena selalu datang  paling awal dan sholat di shaft paling depan (shaft satu).
Tipe kedua, jamaah yang datang ke mesjid by feeling berdasarkan pengalaman empirisnya masing-masing. "Eh, kayaknya ini sudah mau azan sholat karena cucunya atau anaknya sudah pulang dari sekolah.... Atau istrinya sudah pulang dari ngajar dari sekolah SDN dekat rumahnya...".Â
Lalu orang ini langsung bersiap-siap untuk ke mesjid, dan sampai di mesjid kadang sebelum azan, kadang saat azan, kadang setelah azan, tidak menentu. Dia hanya tau bahwa cucunya/anaknya sudah pulang sekolah, atau istrinya sudah pulang dari mengajar, dan tidak paham bahwa waktu sholat selalu berubah.
Tipe ketiga, orang-orang datang dan bersiap-siap ke mesjid setelah mendengar suara azan. Mereka ini tidak peduli mulai masuknya waktu sholat jam berapa. Pokoknya kalau belum mendengar suara azan, mereka akan tetap fokus pada "kesibukan" masing-masing.Â
Pekerjaan, dalam perjalanan, ngobrol dengan tamu, santai dirumah mendengarkan musik, tidur dan tidur-tiduran, dll. Orang-orang ini patokan waktu sholatnya adalah hanya saat mendengar suara azan. Dan jamaah seperti ini jumlahnya paling banyak.
Untuk membuktikan kasus ini perhatikan dengan seksama pada setiap saat sholat wajib 5 waktu. Sebelum azan jumlah jamaah yang sudah stand by di mesjid paling sekitaran 10-an orang (jama'ah tipe pertama). Saat qomat, jumlah jama'ah bertambah dengan jumlah yang signifikan. Shaft satu menjadi hampir penuh atau bahkan penuh. Dan setelah selesai sholat berjama'ah kita baru sadar jumlah jama'ah semakin banyak. Ternyata sudah menjadi 3 shaft dari sebelumnya hanya 10-an orang. Bertambahnya banyak sekali. Bisa jadi meningkat lebih 1.000 %. Alhamdulillah, ternyata jumlah jama'ah mesjid kita banyak juga...
Saya dan kita yakin semua ummat Muslim tentu In syaa Allah sudah memasang niat dalam hati dan bercita-cita untuk menjadi jama'ah tipe pertama. Namun godaannya untuk menuju ke sana banyak sekali. Hambatan atau alasan/argumen terlalu mudah untuk dicarikan guna menjadi pembenar kenapa kita telat sampai di mesjid/musholla.