Antara Kurikulum Merdeka dan tahun 2045 terdapat sesuatu hal yang unik. Keunikannya adalah berkaitan dengan kata 'merdeka' pada nama kurikulum dan kemerdekaan Republik Indonesia.Â
Dimana, pada tahun 2045 Indonesia akan merayakan hari kemerdekaannya yang ke-seratus atau satu abad Indonesia merdeka. Selain itu, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Sekitar 70 persen dari penduduk Indonesia berada pada usia produktif. Dan itu yang menjadi dasar munculnya ide, wacana, dan gagasan Generasi Emas 2045. Sehingga, adanya Kurikulum Merdeka bisa jadi sebagai signal terwujudnya Generasi Emas 2045 mendatang.
Menurut Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, bahwa untuk mencapai generasi Indonesia Emas 2045 terdapat 5 life skill yang harus dimiliki oleh penerus masa depan bangsa yaitu critical thinking, creativity and inovation, communication skill, collaboration dan confidence. Dan semua itu merupakan beberapa keterampilan yang harus dikembangkan pada pembelajaran abad 21.
Untuk menjawab semua itu, nampaknya Kurikulum Merdeka sangat relevan. Pasalnya sebagaimana yang disampaikan oleh Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, jika tujuan utama dari merdeka belajar, khususnya melalui Kurikulum Merdeka adalah mendorong perbaikan kualitas dan pemulihan dari krisis pembelajaran. Dalam hal ini, ada tiga keunggulan yang diperoleh bagi satuan pendidikan yang melaksanakan Kurikulum Merdeka.
Pertama, Kurikulum Merdeka fokus pada materi esensial. Hal ini menjadikan guru lebih fokus dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru tidak lagi mengejar berapa banyak materi yang telah disampaikan kepada peserta didik. Melainkan, pembelajaran dilakukan secara mendalam dengan memperhatikan kemampuan murid.
Kedua, memberi jam pelajaran khusus bagi pengembangan karakter. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa pendidikan karakter sangat penting. Pada Kurikulum Merdeka, pengembangan karakter ini diberikan jam pelajaran secara khusus. Sekitar 20-30 persen jam pelajaran dapat digunakan untuk aktivitas ko-kurikuler dalam bentuk projek penguatan profil pelajar pancasila. Dimana projek penguatan profil pelajar pancasila terdiri dari: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, 2) Berkebinekaan global, 3) Bergotong royong, 4) Kreatif, 5) Bernalar kritis, dan 6) Mandiri.
Ketiga, Kurikulum Merdeka memberi fleksibilitas bagi sekolah. Hal ini bagi satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka diberikan kemudahan untuk merancang kurikulum operasinalnya sendiri. Minimnya fasilitas bukanlah sebagai sebuah alasan untuk tidak menerapkan Kurikulum Merdeka.Â
Pasalnya di dalam Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan dapat merancang sesuai dengan kondisi yang ada di lingkungannya. Selain itu, guru selaku pelaksana pembelajaran dapat menyesuaikan dengan tingkat kemampuan peserta didik.
Sebenarnya tidak ada paksaan dari Kemendikbudristek untuk segera menerapkan Kurikulum Merdeka di masing-masing satuan pendidikan. Namun, jika merenungkan dari keunggulan yang akan diperoleh dan dirasakan oleh satuan pendidikan yang menerapkan Kurikulum Merdeka sebagaimana yang telah disampaikan Mas Menteri.Â
Bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua selaku guru, pimpinan sekolah, dan pihak yang terkait dalam bidang pendidikan. Apalagi, diberikan kebebasan untuk memilih apakah akan menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri belajar, mandiri berubah, dan mandiri berbagi.
Bagi satuan pendidikan yang masih belum memahami dan berkeinginan untuk mempelajari terlebih dahulu tentang prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka. Ditambah lagi belum adanya kesiapan untuk mengubah struktur kurikulumnya. Maka pilihan yang tepat diambil oleh satuan pendidikan adalah mandiri belajar.