Mohon tunggu...
Dede Supriatna
Dede Supriatna Mohon Tunggu... PERANGKAT DESA -

seperti manusia lain pada umumnya.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

21 Hari Tanpa Asap Rokok

8 Mei 2011   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:56 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN

Tulisan dalam setiap kemasan rokok dan tembakau yang ditulis dengan huruf kapital tersebut selalu kita lihat (khususnya bagi anda, para perokok) yang selalu membeli rokok sedangkan bagi yang tidak merokok, mungkin tulisan tersebut secara tidak sengaja terbaca dalam iklan-iklan rokok di televisi, radio, koran, famplet atau spanduk-spanduk dipinggir jalanan. Untuk seorang perokok berat, nampaknya tidak terlalu peduli dengan peringatan tersebut. Buktinya masih banyak diantara kita yang sangat "menomorsatukan" rokok. Saya juga merasakan ketika masih merokok, rata-rata dapat menghabiskan 2 bungkus rokok perhari. Itu dalam waktu normal, kalau ada kerjaan sampai harus begadang semalaman pasti rokoknya juga harus nambah. Entah bagaimana awalnya, yang pasti 21 hari yang lalu saya jatuh sakit,  mungkin terlalu banyak kesibukan yang membuat badan ini ngedrop dan dokter menyarankan agar saya harus beristirahat. Berdasarkan saran dari dokter tersebut maka saya pun beristirahat selama seminggu. Hasilnya, pada awalnya saya seorang perokok berat, tapi setelah dinyatakan sembuh oleh dokter jangankan merokok, mencium bau rokok saja sudah mual-mual. Orang rumah bilang "Wah paling lama 1 bulan, lihat saja!" Teman-teman dikantor juga selalu "memperolok-olokan" dengan berbagai cara, dari mulai guyonan sampai hal-hal yang bertujuan agar aku kembali menikmati sebatang rokok, walau sampai sekarang saya masih tidak bisa merokok lagi. Ternyata banyak hal positif yang membuat kesehatan badan kita mengalami perbedaan dibanding ketika masih merokok. Mulai dari kebiasaan susah tidur, bangun kesiangan, batuk, dan yang paling utama udara dirumah dicampuri oleh asap rokok yang secara tidak langsung dihirup oleh istri dan anak kita. Sekarang hal-hal semacam itu hampir tidak dirasakan. Tidur nyeyak, subuh bisa bangun dengan nafas yang segar serta udara disekitar rumah bebas dari asap rokok. Ada perasaan bangga dalam hati saya ketika dapat berhenti dari kebiasaan buruk tersebut, walau belum yakin sepenuhnya, apakah memang saya dapat berhenti total atau suatu saat kembali lagi seperti dibilang sama istri saya??? Hanya waktu yang akan menjawab semuanya..... Salam!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun