Usai mengumumkan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve sebesar 75 basis poin, data ekonomi dari Amerika Serikat kembali menghentak publik.
Kali ini datang dari Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS, yang mencatatkan adanya kontraksi produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,9% secara tahunan pada kuartal kedua 2022.
Hasil tersebut di bawah ekspektasi pelaku pasar, yang memproyeksi pertumbuhan 0,5%.Â
Apa arti dari data terbaru ekonomi AS ini?
Ya! Ekonomi AS resmi masuk ke jurang resesi lagi. Lihat saja, sejumlah berita mengenai masuknya ekonomi AS pada jurang resesi mulai lalu lalang di media mainstream global.
Jelas saja, karena pada pertumbuhan ekonomi kuartal satu 2022 di AS tercatat kontraksi 1,6% secara tahunan (YOY). Hal ini telah membawa AS, mengalami kontraksi selama 2 kuartal berturut-turut, yang selama ini di definisikan sebagai bentuk resesi.Â
Meskipun ekonomi AS secara teknikal telah mengonfirmasi resesi, pasar nampaknya sudah price in terhadap sejumlah aset investasi.
Hal ini nampak pada pasar saham, di mana laju wall street bergerak di zona hijau. Seolah tidak ada kekhawatiran dan tidak ada tekanan hebat yang terjadi usai pengumuman dilakukan. Hal itu bisa didefinisikan, mungkin saja ada harapan yang muncul dari pelaku pasar, atas ekonomi ke depan. Setidaknya meski di bawah ekspektasi, kontraksi yang terjadi di AS, mulai menipis bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.Â
Bukan hanya itu, pernyataan dari para punggawa ekonomi AS mulai dari Menteri Keuangan AS, Janet Yellen hingga Gubernur The Fed, Jerome Powell, nampaknya cukup menenangkan pasar. Benarkah? Apakah pernyataan para elit itu berhasil membuai pasar?
Politik Bahasa Pejabat AS