Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk membantu manusia merdeka baik secara fisik, mental, dan spiritual. Dari beberapa pandangan tersebut, pendidikan merupakan proses yang melibatkan berbagai dimensi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan memiliki peran strategis dalam mewujudukan masyarakat madani. Pendidikan merupakan proses yang berorientasi pada pembentukan karakter atau kepribadian dan identitas seseorang. Hal ini selaras dengan pendapatGuna mewujudkan hal tersebut, pendidikan sudah selayaknya diarahkan pada pembelajaran inovatif. Maka dari itu, proses pembelajaran mengarah pada pengembangan keterampilan siswa untuk berpikir kritis, pemecahan masalah secara kreatif, komunikasi, pembelajaran sepanjang hayat, manajemen diri, literasi teknologi dan bentuk literasi lainnya, pemikiran kreatif, keterampilan inovasi, kerja sama, dan kepemimpinan.
Baca juga : 4 Karakteristik Utama Siswa SD
Pembelajaran akan menjadi lebih efektif jika dirancang dengan benar menggunakan metode dan bahan ajar yang sesuai guna mendukung tujuan pembelajaran. Hasilnya, proses belajar akan menjadi lebih mudah dan menarik. Sejalan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran sejarah berbagai sumber akan diperlukan untuk memfasilitasi proses pembelajaran, salah satunya melalui buku teks sejarah. Selain berfungsi sebagai media pembelajaran, buku teks  dinilai sebagai sumber informasi utama bagi guru dan siswa. Namun, fakta empiris menyatakan masih terdapat kelemahan dalam pembelajaran IPS salah satunya siswa yang pasif dan kurang berpartisipasi selama proses pembelajaran. Maka dari itu, pengembangan buku saku digital dinilai dapat meningkatkan partisipasi peserta didik  selama proses pembelajaran.
Pengembangan buku saku digital ini di diawali tahap analisis diantaranya analisis kineirja, analisis siswa, analisis mateiri pembelajaran, dan analisis tujuan pembelajaran. Tahap desain dilakukan melalui pembuatan spesifikasi produk, pembuatan garis besar program bahan ajar, perancangan tata letak (layout) buku saku digital, Â pemilihan format buku saku digital, penentuan aplikasi, dan peimbuatan desain. Tahap pengembangan dilakukan melalui validasi kelayakan buku saku digital. Tahap implementasi dilakukan melalui tahap uji coba produk serta respon guru dan siswa terhadap bahan ajar. Tahap terakhir yakni evaluasi dari validator, responden, dan juga peneliti.
Hasil validasi buku saku digital dilakukan berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, dan ahli pembelajaran. Berdasarkan uji kelayakan tersebut, buku digital layak untuk diimplementasikan di lapangan sebagai bahan ajar di kelas V sekolah dasar. Disamping hal tersebut, hasil angket dan tanggapan siswa terhadap bahan ajar buku saku digital memperoleh kategori "Sangat Layak". Bu Nia (35), guru di SDN Brawijaya menyatakan pengembangan bahan ajar ini sangat baik dan membantu guru dalam proses pembelajaran, disamping pengemasan materi juga disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Hasil wawancara juga diperoleh tanggapan yang menyatakan siswa merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu siswi, Bilqis (11) menyatakan dengan buku saku digital ini, ia menjadi lebih semangat untuk belajar.Materi yang disampaikan lebih luas dan mendalam dilengkapi gambar-gambar dan ilustrasi yang mendukung. Peserta didik juga menilai bahan ajar ini sangat membantu mereka memiliki pengetahuan sebelum masuk ke kelas, sehingga siswa menjadi lebih antusias dalam proses pembelajaran. Bentuknya yang bersifat digital serta dapat diakses oleh melalui smartphone, laptop, ataupun komputer juga memudahkan mereka belajar kapanpun dan dimanapun. Selain itu, adanya pendalaman materi berupa situs sejarah yang berada di kota tempat tinggal mereka, sangat menambah pengetahuan baru bagi siswa.
Baca juga : Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Laut Bercerita
Video pengantar dapat diakses disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H