Mohon tunggu...
Dede Setiawan
Dede Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak Pertama dari Tiga Bersaudara

Pembelajar dan Penikmat Indomie Goreng

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Niatkan KKN untuk Belajar jadi Masyarakat (Termasuk Belajar Jokes Bapak-Bapak)

20 Juli 2024   22:49 Diperbarui: 20 Juli 2024   22:53 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang bulan agustus, seperti biasanya perguruan tinggi ramai menggelar program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Semakin banyak inovasi dan variasi model KKN yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Ada yang berbasis pemberdayaan masyarakat (Sisdamas), tematik, kolaborasi, KKN luar negeri, KKN by research ter-index scopus, dan lain-lain.

Para mahasiswa tentu diberikan keleluasaan untuk memilih varian KKN mana yang akan mereka ikuti. Mereka bebas untuk menentukan jenis KKN yang akan diambil. Barangkali hal ini sebagai wujud nyata dari spirit 'kampus merdeka', dimana pihak kampus memerdekakan mahasiswa untuk memilih varian KKN yang mereka minati. Namun, pada dasarnya KKN tetap sebagai bentuk implementasi tridarma perguruan tinggi, yakni pengabdian.

Meskipun mahasiswa diberikan kebebasan dalam memilih jenis KKN yang akan mereka jalani, terkadang para mahasiswa masih merasa kesulitan dalam memahami tujuan dari KKN itu seperti apa. 

Gambaran KKN dari tahun ke tahun, base on risalah-risalah perjuangan senior, KKN acapkali diidentikkan dengan membuat program berkelanjutan, menginisiasi gerakan di masyarakat, atau mengadvokasi keresahan masyarakat atas pemerintah. Pokoknya ideal dan mentereng! Itu semua memang tidak salah, tapi mengingat waktu yang hanya 40 hari, dirasa tidak realistis untuk dilakukan.

Sebagai kaum intelektuil, mahasiswa memang dituntut memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Sering terdengar dengan lantang bahwa mahasiswa itu katanya punya 5 (lima) peran :  1) sebagai agen perubahan (agent of change), 2) sebagai stok kepemimpinan (iron stock), 3) sebagai penjaga nilai (guardian of values), 4) sebagai kekuatan moral (moral force), dan 5) sebagai pengontrol dalam kehidupan sosial di masyarakat (social control).

Jika kita cermati, peran yang diemban seorang mahasiswa itu berat juga, ya. Apa mungkin mahasiswa Gen-Z sekarang sanggup mengembannya? Mengingat baru dikasih tugas kuliah aja udah misuh-misuh ngga karuan. Gimana kalo nanti KKN di pelosok, disuguhi masalah sosial yang pelik, dan masyarakat yang ngga welcome sama mereka? Berat, berat~

Iya, Gen-Z emang ogoan, epes meer, rentan dan rapuh mental nya. Kita harus maklumi, mereka ini generasi yang terjepit oleh harapan dan kenyataan. Akan tetapi, tenang saja, jangan diambil pusing. Kawan-kawan mahasiswa Gen-Z tidak usah bersusah hati. Karena pada prinsip nya, KKN hanyalah fase belajar untuk menjadi masyarakat. Belajar menjadi bagian dari civil society. Fase persiapan untuk 'kembali' kepada masyarakat. Maka jadilah kalian masyarakat seutuhnya.

Sebagaimana kita tahu, di masyarakat itu beragam jenis orang-orangnya; ada yang introvert, ekstrovert, menyebalkan, menyenangkan, bersahaja, pekerja keras, dan agamis. Belajar lah menjadi bagian dari masyarakat dan belajar bagaimana cara menghadapi orang-orang seperti itu. Jangan mengalienasi diri dengan dalih kalian adalah kaum terpelajar. Ingat kata Tan Malaka:

"Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul yang hanya memiliki cita-cita sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali"

Sikap elitis yang ada pada diri mahasiswa macam duri dalam daging. Selalu mengganggu dan tidak mengenakkan. Bersikap demikian akan memberikan jarak antara mahasiswa dan masyarakat. Mengakibatkan esensi dari KKN tidak dapat dicapai. Karena dalam tridarma pun kita dituntut untuk 'peng-ABDI-an' bukan 'peng-AKU-an'. Maka, abdikan ilmu dan diri kalian untuk masyarakat.

Saran saya simpel: bagi para mahasiswi, berbaur lah dengan ibu-ibu saat pergi belanja sayuran di pagi hari. Untuk para mahasiswa, ikut lah dalam setiap ronda malam yang dijadwalkan oleh pemangku kebijakan setempat. Jika sore hari tiba, bercengkrama lah dengan tetangga, membincangkan hari yang telah dilalui. Menjelang perayaan HUT RI, ikut berembug dengan karang taruna untuk membentuk kepanitian Perayaan Hari Besar Nasional (PHBN). Inisiasi lomba-lomba agustusan yang menarik, yang sebelumnya tak terpikirkan oleh yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun