Mohon tunggu...
Dede Septiyadi
Dede Septiyadi Mohon Tunggu... Guru - Sebagai ASN PPPK Guru

Masih Belajar Menulis dan Belajar Membuang Rasa Malas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kajian Strukturalisme Genetik dalam Cerpen "Sepotong senja untuk Pacarku" karya Seno Gumira Ajidarma

14 Januari 2018   19:40 Diperbarui: 14 Januari 2018   19:46 9132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kajian Strukturalisme Genetik dalam cerita Pendek Sepotong senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma dan Implementasinya ke dalam proses Pembentukan Karakter Peserta Didik.

ABSTRAK :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kajian Strukturalisme Genetik atau fungsi-fungsi dan Nilai-nilai yang membangun karya Tulis dalam hal ini Cerita Pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma tersebut. Penelitian ini sangat penting dilakukan guna mengetahui Fungsi-fungsi Struktural yang membangun suatu karya sastra Prosa khususnya Cerita pendek. Objek yang menjadi bahan Kajian Struktural Genetik ini yakni Cerita Pendek, karena Cerita pendek sendiri memiliki keunikan jenis prosa sendiri. 

Selain dapat menggambarkan suatu cerita yang unik dan menarik, cerita pendek juga dapat dijadikan referensi atau penambah ilmu yang terkandung dalam isi nilai-nilai setiap ceritanya. 

Penelitian ini juga selain disebutkan diatas memiliki tujuan yakni (1) Mengetahui teknik penelitian karya tulis melalui pendekatan Struktural Genetik; (2) Mendeskripsikan fungsi-fungsi Struktural genetik yang membangun Karya tulis cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma;dan (3) Mengetahui apa saja Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma yang dapat diterapkan dalam proses pembentukan Karakter Peserta didik. Metode kualitatif atau mengedepankan mutu dan kualitas dari penelitian ini menjadi Metode yang penulis pilih dalam kajian tersebut. 

Bahan dan informasi yang penulis peroleh dalam meneliti kajian tersebut bersumber dari buku-buku yang penulis percayai kebenarannya yang kemudian dideskripsikan secara Analistis dan Sistematis guna menghasilkan kajian yang baik dan berkualitas. Strategi yang digunakan dalam Penelitian ini yakni mengumpulkan bahan-bahan yang terfokus pada Objek kajian dan yang membangun penelitian ini.

PENDAHULUAN

  • Latar belakang

Dalam bidang kebahasaan khususnya bahasa Indonesia menulis adalah suatu kegiatan yang paling penting dan tidak dapat dipisahkan. Dengan menulis, suatu ide atau gagasan dapat dituangkan sehingga dapat tersampaikan dengan baik dan bermanfaat bagi semua khususnya pembaca tulisan tersebut. Gagasan-gagasan, Ide, atau Pemikiran dalam kebahasaan sering dikaitkan dengan Karya tulis baik ilmiah maupun non ilmiah.

Dalam Objek kajian ini penulis memilih Karya Sastra sebagai Objek penelitian. Dalam bidang ilmu Sastra tentunya memiliki Struktur atau unsur-unsur yang membangun sebuah Karya sastra, salahsatunya terdapat dalam sebuah Novel, Drama, Puisi, maupun Cerita Pendek atau yang lainnya.

Penulis memilih Cerita pendek dalam mengkaji Karya sastra karena Cerpen sendiri memiliki keunikan tersendiri selain Novel. Keunikan Cerpen terdapat dalam penyampaian isi cerita yang dapat disampaikan secara singkat, padat, namun mudah dipahami isi, ide, atau gagasan yang terdapat dalam setiap isinya.

Cerpen atau cerita pendek yakni karangan pendek yang berbentuk Prosa. Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan (Kosasih, 2006: 250). Cerita pendek juga diartikan sebagai karangan pendek yang pada umumnya mengisahkan masalah yang sederhana dan diceritakan secara singkat.

Dengan deskripsi pengertian-pengertian cerita pendek diatas, dapat kita simpulkan bahwa Cerita pendek yakni suatu karya tulis yang berbentuk Prosa yang didalamnya menceritakan ide-ide yang diperoleh dari hasil pemikiran atau proses kehidupan penulis yang di tuangkan secara singkat dan jelas.

  • Rumusan masalah

Berdasarkan deskripsi diatas, penulis bermaksud menjabarkan rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

  • Bagaimana teori penelitian karya tulis melalui pendekatan Struktural Genetik ?
  • Bagaimana Fungsi-fungsi Struktural Genetik yang membangun karya tulis Cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma ?
  • Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma yang dapat diterapkan dalam proses Pembentukan Karakter Peserta didik ?
  • Tujuan penelitian

Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas, penulis coba menjabarkan tujuan-tujuan dalam Penelitian sebagai berikut :

  • Mengetahui teori penelitian karya tulis melalui pendekatan Struktural Genetik.
  • Mendeskripsikan fungsi-fungsi Struktural genetik yang membangun Karya tulis cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma.
  • Mengetahui apa saja Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma yang dapat diterapkan dalam proses pembentukan Karakter Peserta didik.
  • Manfaat

Dalam membuat Karya tulis Penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan pembaca dalam mengkaji suatu karya tulis melalui pendekatan Struktural genetik, selain itu penulis juga berharap dengan penelitian ini semoga bermanfaat dalam mengetahui Fungsi-fungsi struktural cerita pendek sehingga cerita tersebut menjadi menarik bagi pembaca dan yang paling penting diharapkan penelitini ini bermanfaat dalam ikut serta dalam pembentukan karakter peserta didik melalui nilai-nilai yang terkandung dalam setiap isi cerita tersebut.

KAJIAN TEORETIK

Struktural genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap terhadap asal usul karya. Secara ringkas berarti bahwa Strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsik dan ekstrinsik. 

Meskipun demikian, sebagai teori yang telah teruji validitasnya, Strukturalisme genetik masih ditopang oleh beberapa konsep canggih yang tidak dimiliki oleh teori sosial lain, misalnya : simetri atau homologi, kelas-kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan dunia. Konsep-konsep inilah yang berhasil membawa strukturalisme genetik pada puncak kejayaannya, sekitar tahun 1980-an hingga 1990-an (Nyoman kutha R, 2007: 123). Dengan kata lain, Struktural genetik sendiri merupakan suatu teknik kajian yang membahas hubungan unsur-unsur intrinsik (dalam) dan unsur ekstrinsik (luar) yang membangun Karya tersebut sehingga karya tersebut lebih hidup dan menarik.

Unsur-unsur Strukturalisme genetik dalam suatu karya sastra baik itu Novel maupun Cerita pendek memiliki unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik yang terkandung dalam ide atau gagasan didalamnya, lain halnya dengan hanya kajian strukturalisme yang lebih terfokus pada unsur dalam karya sastra. Unsur-unsur intrinsik yang dimaksud diantaranya Tema, Tokoh dan penokohan, Seting, Alur, Sudut Pandang, Gaya bahasa, dan yang terakhir Amanat.

Tema merupakan ide atau gagasan yang paling penting dalam pembentukan karya tulis apapun khususnya Sastra. Menurut Scharbach, tema berasal dari bahasa latin yang berarti Tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.

Tokoh dalam suatu karya sastra baik Drama, Novel, maupun Cerpen sangat erat keberadaannya, tanpa adanya tokoh suatu karya sastra ide atau gagasan tidak akan tersampaikan, tokoh atau peran-peran dalam setiap karya sastra yang bertugas menyampaikan ide yang terkandung tersebut. Dalam setiap tokoh memiliki watak yang yang berbeda-beda sehingga memudahkan apresiator dalam mencerna dengan baik isi cerita tersebut.

Dalam setiap cerita tentunya memiliki Setting atau gambaran keadaan, baik itu setting waktu, seting tempat, dan suasana. Selain setting, karya sastra khususnya Drama, Novel, maupun Cerita pendek memiliki alur cerita, alur yang menggambarkan cerita tersebut melalui urutan diawali perkenalan hingga diakhiri solusi, alur maju mundur, ataupun alur mundur.

Sudut pandang menjadi satu unsur yang cukup penting juga dalam pembentukan karya sastra, sudut pandang yakni cara pengarang atau penulis menampilkan para pelaku yang terlibat dalam karya tersebut. 

Selain itu, gaya bahasa menjadi unsur lainnya yang terdapat dalam memahami unsur-unsur karya sastra, gaya bahasa berpengaruh guna menarik perhatian pembaca atau apresiator melalui media bahasa yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Kemudian unsur yang terakhir yakni Amanat. Amanat merupakan pesan-pesan yang coba penulis sampaikan untuk apresiator.

Selain unsur intrinsik, karya sastra juga mengandung nilai-nilai ekstrinsik yang perlu diketahui guna membentukan karakter peserta didik. Dengan melalui media karya sastra, berharap nilai-nilai tersebut dapat tersampaikan secara baik bagi peserta didik.

HASIL DAN PENELITIAN

Cerpen :

SEPOTONG SENJA UNTUK PACARKU

Karya : Seno Gumira Ajidarma (2000)

Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja--dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.

Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.

Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.

Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.

Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.

Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.

Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.

"barangkali senja ini bagus untukmu," pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.

Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.

Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.

Alina sayang,

Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.

"Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!"

Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.

"Catat nomernya! Catat nomernya!"

Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.

Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.

"Senja! Senja! Cuma seribu tiga!"

Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. 

Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.

Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.

"Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan..."

Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bermain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.

Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.

Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.

Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kota mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.

Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.

"Masuklah," katanya tenang, "disitu kamu aman.

Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.

"Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain."

Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. 

Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.

Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.

Di ujung gorong-gorong,di tempat cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus,ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.

Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasar lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.

"semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?"

Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untuk apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja....

Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.

Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.

Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh...

Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.

Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang asli? ini untukmu, lewat pos.

Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.

Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tidak lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.

Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.

Teori penelitian karya tulis melalui pendekatan Struktural Genetik.

Dalam mengetahui Struktural Genetik cerita pendek Sepotong senja untuk Pacarku disini perlu memahami unsur-unsur dan setiap fungsi dalam cerita pendek tersebut, sehingga cerita pendek tersebut dapat terbangun menjadi suatu karya yang utuh dan dapat tersampaikan ide atau gagasannya terhadap pembaca. Unsur-unsur dalam suatu cerita, baik itu dalam bentuk Drama, Novel, maupun cerita pendek sendiri tentu memiliki Unsur Intrinsik yakni unsur yang terdapat dari dalam yang membangun cerita tersebut sehingga ide atau gagasan dapat tersampaikan dengan baik. Selain Unsur Intrinsik, terdapat juga Unsur Ekstrinsik dalam cerita pendek yakni unsur yang berasal dari luar cerita tersebut, baik itu latar belakang penulis yakni Seno Gumira Ajidarma, ataupun nilai-nilai yang terdapat dalam isi cerita yang dapat diterapkan dalam proses pembentukan karakter dalam hal ini peserta didik melalui pesan-pesan yang terdapat dalam setiap nilai kehidupan cerita tersebut.

Fungsi-fungsi Struktural Genetik yang membangun karya tulis Cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma

  • Tema

Dalam Cerita pendek Sepotong Senja untuk Pacarku karya Seno Gumira Ajidarma bertemakan Cinta, dalam karyanya tersebut Penulis mencoba menggambarkan seorang laki-laki yang memperjuangkan dan membuktikan Cintanya kepada seseorang yang dalam Subjek cerita tersebut bernama Alina.

  • Tokoh dan Penokohan
    • Aku : Watak dari tokoh Aku dalam cerita tersebut Rela berkorban dan Pantang menyerah dalam memperjuangkan perasaannya yakni Cintanya yang tulus dan nyata bagi kekasihnya, Alina.
    • Alina : Watak Alina dalam cerita tersebut tidak digambarkan karena isi cerita tersebut hanya menggambarkan tokoh "Aku" dalam memperjuangkan Perasaan cintanya terhadap tokoh "Alina" yakni kekasihnya, tanpa menceritakan bagaimana kehidupan ataupun bahasan tokoh Alina dalam cerita tersebut.
    • Gelandangan : Watak gelandangan dalam cerita tersebut yakni baik atau protagonis, ia memberikan pertolongan pada tokoh "Aku" untuk menyarankan bersembunyi dalam Gorong-gorong ketika tokoh "Aku" menjadi subjek pencarian Polisi.
    • Anak-anak Gelandangan : Anak-anak Gelandangan diketahui keberadaannya dalam cerita tersebut pada saat tokoh "Aku" berada di dalam Gorong-gorong ketika bersembunyi pada saat Polisi mencarinya. Watak dari anak-anak gelandangan tersebut tidak penulis gambarkan secara terperinci, ia hanya menggambarkan bahwa Anak-anak gelandangan itu sedang duduk-duduk, tiduran, dan sebagian sembari memeluk rebana, meskipun pada artinya bukan duduk, tidur, atau memeluk rebana yang sesungguhnya.
    • Polisi : Watak Polisi yang terdapat dalam cerita pendek tersebut dapat dikategorikan Antagonis, dapat digambarkan dalam cara mereka mencari tokoh "Aku" ketika hanya mengambil senja yang pada arti sesungguhnya bukan senja yang ketika pergantian matahari menuju petang.
  • Setting
    • Tempat :
      • Di pantai, seperti dalam kalimat "Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku".
      • Di jalan Raya, seperti dalam kalimat "Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana".
      • Di mobil, seperti dalam kalimat "Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas".
      • Gorong-gorong, seperti dalam kalimat "Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya".
      • Dikota, seperti dalam kalimat "Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara".
    • Suasana :
      • Tenang, terdapat dalam konteks kalimat "Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan". Kutipan tersebut menggambarkan seolah pembaca ikut dalam suasana ketenganan.
      • Romantis, terdapat dalam kkonteks kalimat "Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata".
      • Resah, terdapat dalam kkonteks kalimat "Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar. Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu".
      • Tegang, terdapat dalam kkonteks kalimat "Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana".
      • Mencekam, terdapat dalam kkonteks kalimat "Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar".
    • Waktu :
      • Sore hari, digambarkan dalam konteks kalimat "Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu".
      • Malam hari, digambarkan dalam konteks kalimat "Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat".
      • Pagi hari, digambarkan dalam kkonteks kalimat "Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis".
  • Alur atau plot

Alur atau Plot yang terkandung dalam cerita pendek Sepotong senja untuk Pacarku disini memiliki Alur Maju, yakni diawali dengan perkenalan tokoh -- pegenalan masalah -- dilanjutkan dengan memuncaknya masalah -- dan diakhiri penyelesaian masalah itu sediri yang penulis cerita gambarkan.

  • Sudut Pandang

Penulis cerita tersebut memberikan atau menggambarkan cerita tersebut dalam Sudut Pandang Orang pertama, karena dalam Cerita tersebut tokoh "Aku" menjadi peran utama dalam cerita yang berusaha menggambarkan perjuangannya dalam memberikan bukti cintanya terhadap orang lain yakni dalam hal ini tokoh "Alina".

  • Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang terkandung dalam isi cerita pendek Sepotong senja untuk pacarku menggunakan beberapa gaya bahasa Majas atau bahasa Khiasan, Seno Gumira pada beberapa karyanya selalu menggunakan bahasa khiasan yang dapat menambah daya tarik sehingga orang lain khususnya penikmat sastra kecanduan menyukai karyanya. Seperti salahsatu contohnya terdapat dalam konteks kalimat "Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi". Konteks kalimat tersebut hanya potongan dari beberapa gaya bahasa yang penulis cerita gunakan dalam ceritanya, arti "Senja" dari konteks kalimat tersebut bukan arti yang sebenarnya, Melainkan penjabaran dari keinginginan Tokoh "Aku" untuk "Alina" menerima Cintanya dan kepercayaannya yang sarat akan ketulusan hanya untuk tokoh Alina semata, tokoh Aku juga mengisyaratkan agar alina tidak mengabaikan kepercayaan yang ia berikan terhadap alina.

  • Amanat

Penulis mencoba menyampaikan pesan kepada pembaca melalui perjuangan Tokoh "Aku" dalam memperjuangkan apa yang ingin ia berikan kepada tokoh Alina, dengan sekuat tenaga dan perjuangan yang tak gentar ia mengajarkan bahwa perjuangan seperti itu patut dicontoh dan diteladani dalam hal memperjuangkan apa yang kita cintai. 

Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek Sepotong Senja Untuk Pacarku Karya Seno Gumira Ajidarma yang dapat diterapkan dalam proses pembentukan Karakter Peserta didik

  • Nilai Moral

Dalam cerita pendek Sepotong senja untuk Pacarku terselip nilai-nilai yang dapat memberikan pengetahuan bagi peserta didik dalam proses membentuk karakternya guna menciptakan generasi muda yang baik dan berkualitas. Salahsatu nilai yang pertama yakni nilai Moral, meskipun cerita tersebut subjek aku diceritakan sebagai tokoh yang mengambil objek "Senja", namun hal tersebut bukan arti senja yang sesungguhnya. 

Melainkan sesuatu yang sangat berarti bagi dirinya untuk ia berikan kepada orang yang iya kasihi. Nilai Moral yang dapat kita jadikan pembentukan karakter peserta didik yakni berusaha sekuat mungkin dan memperjuangkan apa yang paling berarti dalam hidup, jangan pedulikan rintangan apa yang kita hadapi di depan, dengan berjuang dan memegang teguh pendirian apa yang kita percayai, itu akan menjadi modal keberhasilan di masa depan, namun tentu dengan cara yang baik juga.

  • Nilai Sosial

Selain nilai Moral, cerita tersebut juga terkandung nilai sosial yang patut kita telaah dari sifat tokoh gelandangan yang membantu tokoh aku dalam memperjuangkan apa yang tokoh aku perjuangkan. Dengan mengajarkan dan membentuk peserta didik untuk saling membantu sesama tentu dapat menjadi modal utama dalam menghasilkan generasi muda yang baik, yang beriman dan saling bergotong royong dalam hal kebaikan.

SIMPULAN

Berdasarkan pemaparan kajian diatas, dengan memilih metode Kajian Strukturalisme genetik, dengan kata lain mengkaji setiap unsur yang membangun suatu cerita baik itu Unsur yang terdapat dalam isi cerita maupun Unsur yang terdapat dari luar isi cerita tersebut. Kajian Strukturalisme genetik dengan Kajian Strukturalisme mamiliki kesamaan, namun perbedaannya Strukturalisme Genetik membahas juga unsur luar suatu karya tersebut bukan hanya pada unsur dalam karya tersebut.

Karya tulis baik Novel maupun cerita pendek ataupun karya tulis lainnya tentu memiliki unsur yang membangun karya sastra khususnya. Selain Novel, Cerita pendek juga memiliki keunikan khusus untuk menjadi Objek kajian Strukturalisme genetik. Selain isi atau gagasan cerita yang lebih singkat, Unsur-unsur struktural cerita pendek juga lebih mudah diketahui dan dipahami. Begitupun meneliti nilai-nilai yang terkandung dalam cerita tersebut yang penting kita ketahui guna menambah referensi dalam proses pembentukan Karakter peserta didik.

Dengan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu cerita dapat menjadi teladan bagi pembentukan karakter khususnya Peserta didik. Dengan pengenalan nilai-nilai yang baik melalui media Karya tulis khususnya cerita pendek tersebut dapat dijadikan alternatif dan lebih efisien dalam mengenalkan nilai yang baik bagi peserta didik dengan santai dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

  • Kosasih, E. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan "Cermat Berbahasa Indonesia". Bandung : Yrama Widya.
  • Juanda, A & Rosdianto, K. 2007. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Pustaka Setia.
  • Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
  • Laili, Nurul Hanik. 2012. Cerpen Sepotong Senja untuk Pacarku. Nurulcall-tanjungkalang.blogspot.co.id. 13 Januari 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun