Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Pendidikan: Melawan Arus [Bagian 1]

19 November 2023   23:48 Diperbarui: 11 Desember 2023   16:07 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat hal itu, Ibnu sempat ingin melakukan hal yang sama. Ia bingung, inspirasinya mentok. Ia ingin menanyakan satu atau dua soal kepada Surya. Tapi ajaib, dengan sekuat tenaga ia lebih memilih menahan diri dari keinginannya itu.

Waktu mengerjakan soal, kemudian selesai. Satu persatu peserta ujian mulai mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban ke meja pengawas. Ketika dalam perjalanan pulang Surya bertanya kepada Ibnu “Bagaimana tadi ujian? Kau kelihatannya sangat asyik dengan ujian tadi.”

“Aku hanya mengerjakan 4 soal!” jawabnya. Empat soal berarti 3 soal yang meminta pendapat pribadi, dan yang satu lagi, kemungkinan, meragukan. 

“Celaka kamu!” kata Surya terkejut. “Kenapa kau tadi tidak tanya-tanya padaku?”

“Aku ingin melihat sejauh mana kemampuanku” kata Ibnu lemas.

Surya tampak menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar “Sistem pendidikan kita sedang bobrok, kalau kau idealis seperti itu hancur kau!” kata Surya “Jangan terlalu memaksakan diri, ikuti arus saja! Realistis!” lanjut Surya.

Ibnu diam. Ia tak mampu membalas kata-kata ajaib yang keluar dari mulut Surya itu. Sebuah nasihat gratis dari seorang kawan.

Hari berikutnya, pagi masih menampakkan suasana yang sama. Di kelas, Ibnu pun masih menyaksikan hal yang sama. Ada yang sedang menghapal, ada yang sedang berdiskusi. Yang berbeda di hari itu adalah suasana pagi terasa benar-benar sendu. Siulan menyambut pagi, hari ini tak lagi dihadirkan Ibnu.

Ia masuk, lalu bergabung dengan teman-temannya yang sedang berdiskusi di pojok ruangan. Di sana tampak seorang teman sedang menghafalkan materi ujian, sambil komat-kamit tak jelas membuka-tutup buku pelajaran. “Ayo hafalkan, aku rasa materi ini akan keluar” kata sang teman.

Ibnu lalu bertanya “Aku punya pertanyaan. Maksud pendapat orang ini apa ya?” Ibnu menunjuk salah satu baris tulisan di buku Ilmu Pengetahuan Alam miliknya, dan kebetulan satu topik dengan apa yang sedang dihafalkan sang teman.

Teman yang sedang menghafal itu lalu diam. Ia menghirup napas dalam, lalu mengulangi hafalannya itu. “Luar biasa! Sama persis seperti dalam buku! Tapi... Maksudnya apa? Yang kau katakan itu bahasa buku, tak paham aku!” protes Ibnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun