Di bagian 1 telah diuraikan kisah asal usul berdirinya pedukuhan Cirebon. Terangkum dalam 3 subjudul: Minggatnya Dua Putra Pajajaran; Jalan Panjang Para Penuntut Ilmu; dan Membuka Pedukuhan Baru. Bagi yang belum membaca Sejarah Sunda Cirebon Bagian 1, bisa mengeklik tautan berikut. kompasiana.com/bagian1
Artikel ini sendiri merupakan rangkuman atas babad berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang disusun oleh P.S. Sulendraningrat. Dengan spesifik merangkum bab 10 sampai dengan bab 15. Kisah akan berfokus pada peristiwa berhajinya Pangeran Cakrabuana dan Putri Rarasantang, hingga peristiwa lahirnya para cucu Prabu Siliwangi. Berikut merupakan kisahnya.
- Dari Cirebon ke Masjidilharam
Seiring berjalannya waktu, pedukuhan Cirebon pun semakin maju dan mayoritas warganya telah memeluk agama Islam. Cirebon akhirnya diakui sebagai pedukuhan resmi oleh Galuh (de jure) pada tahun 1447, sedangkan Demak pada tahun 1478. Dengan demikian, menurut babad ini, Cirebon bisa dibilang sebagai kerajaan/pemerintahan Islam pertama di pulau Jawa.
Nurjati sendiri lalu mengapresiasi perjuangan murid-muridnya tersebut. Nurjati kemudian meminta Pangeran Cakrabuana dan Putri Rarasantang agar bisa mempelajari Islam lebih lanjut dan berbaiat kepada Syekh Maulana Ibrahim di Campa (sekarang Laos-Vietnam). Pergilah mereka berdua ke Campa.
Sesampainya di Campa, mereka lalu berbaiat dan berguru kepada Syekh Maulana Ibrahim. Setelah selesai mendaras ilmu bersama Syekh Maulana Ibrahim, mereka kemudian diminta oleh Sang Syekh untuk bisa menyempurnakan agamanya. Melaksanakan ibadah haji dan belajar kembali Islam ke Syekh Bayan di Makkah.
Singkat cerita, berangkatlah mereka ke Makkah. Dari Cirebon ke Campa kemudian ke Makkah, sebuah dedikasi tiada tara dari dua orang penuntut ilmu.
Sesampainya di Makkah, mereka lalu bertemu Syekh Bayan dan segera melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, Masjidilharam. Setelah itu, mereka pun memperdalam kembali ilmu keislaman mereka di bawah bimbingan langsung Syekh Bayan.
Di masa menuntut ilmu inilah Putri Rarasantang, kemudian dilamar oleh seorang Sultan Mesir yang kebetulan tengah berkunjung ke Makkah, Maulana Mahmud Syarif Abdullah namanya. Putri Rarasantang menerima pinangan tersebut dengan satu syarat bahwa melalui Sang Sultan ia harus mendapatkan seorang putra waliyullah pinunjul.
Setelah saling menyepakati, menikahlah mereka berdua, seorang Putri dari Raja Pajajaran berpasangkan Sultan dari negeri Mesir. Sebuah pernikahan yang tak biasa. Putri Rarasantang dan Pangeran Cakrabuana kemudian diboyong ke Mesir. Tinggallah mereka di negeri piramida tersebut.
- Lahirnya Para Cucu SiliwangiÂ
Setelah adiknya mengandung, Pangeran Cakrabuana meminta izin untuk kembali ke Cirebon. Sultan mempersilakannya dan membekali sang ipar dengan perbekalan yang sangat cukup.