Avatar the Way of Water menyajikan sebuah pengalaman sinema yang luar biasa. Kenapa? Jika kita bandingkan dengan Avatar 1, Avatar 2 yang rilis tepat 13 tahun dari rilisan film pertamanya ini menyajikan cerita yang lebih kompleks dan meninggalkan kesan yang cukup mendalam.
Jika kita ingat di film pertamanya cerita hanya berputar dari bagaimana menjadi seorang pejuang "pembelot" yang lebih memilih menyelamatkan musuh dari kerakusan kaumnya sendiri.Â
Sedangkan di film keduanya ini cerita akan berputar pada sang protagonis yang sudah menjadi orang tua, yang harus memimpin serta melindungi keluarga, rakyat, sekaligus alamnya dari musuh-musuh masa lalunya.
Dalam Avatar the Way of Water kita akan menemukan kisah hubungan manusia dengan alam, kisah tentang yang asing dan yang terasingkan, hubungan ayah dan anak, hubungan persaudaraan, tentang dendam, tentang bagaimana beradaptasi, serta yang selalu spesial adalah kisah spiritual tentang pemaknaan atau arti dari sebuah kelahiran, kematian, dan ketiadaan.
- Alur Sekilas
Di film keduanya ini sang protagonis Jack Sully kembali memperjuangkan bangsa Navi yang lagi-lagi digempur oleh bangsa langit (sky people). Jack Sully yang kini sudah menjadi ayah dari 5 orang anak, dengan mempertimbangkan bahwa dirinya dan keluarganyalah yang jadi target gempuran sky people pun memilih mengasingkan diri dari rakyat Omaticaya di hutan, ke ujung dunia, mengungsi ke rakyat Metkayina, suku air yang membangun peradaban di pesisir pantai negeri kepulauan.
- Sekelumit Pesan
Avatar the Way of Water sedikit banyaknya akan membangkitkan kembali perasaan seperti di film pertamanya, marah, harga diri, dan simpati. Selain itu, rasa yang cukup menonjol adalah soal perjuangan patriotisme dalam melawan makhluk-makhluk egois, tamu yang tak tahu diri merusak, memperkosa, dan menghancurkan alam si tuan rumah.Â
Melalui film ini lagi-lagi James Cameron  (sang sutradara) mengajak kita untuk merefleksi, melihat kembali diri kita sebagai manusia, membuat kita sejenak benci terhadap diri kita sendiri sebagai manusia, dan berharap bisa ikut berjuang bersama bangsa Navi.
Penulis (saya) sebagai bagian dari bagsa yang pernah mengalami kolonisasi dan penjajahan, di sepanjang film ini rasanya ingin sekali memekakkan sorak sorai "enyah penjajah-merdeka".
- Pros & Cons: Terlalu Kompleks
Walau demikian, dari sekian banyak penilaian baik ada beberapa hal yang menjadi sedikit catatan menurut penilaian penulis pribadi. 1) masih terdapat beberapa plot hole yang akhirnya menumbuhkan pertanyaan, bagaimana nasib rakyat omatikaya setelah ditinggal hijrah oleh Jack dan keluarga? 2) eksplorasi laut yang tampaknya masih kurang, padahal banyak keunikan dunia laut di dunia nyata yang mungkin bisa jadi hal menarik jika diangkat, seperti gunung bawah laut, palung terdalam, the real monster laut, atau anomali laut. Kemudian, 3) tentang fokus cerita yang tampaknya terlalu banyak.
- Mari Berandai-Andai: Jika Jadi Pengembang Cerita
Jika penulis diberi kesempatan menjadi salah satu pengembang ceritanya mungkin penulis akan memfokuskan cerita pada kerangka adaptasi saja. Di mana protagonis dan antagonis sama-sama melakukan proses adaptasi di lingkungan baru mereka masing-masing. Pada akhirnya si antagonis terpesona dengan bangsa Navi, lalu dilema antara memilih kaumnya atau memilih bangsanya sendiri.Â