Hari kelima penayangan Pengabdi Setan 2 (PS2) di studio XXI kota C. Kursi penuh, khususnya di barisan A-J (10 baris) sisa 3 baris paling depan kosong. Diperkirakan penonton 80 % anak-anak usia sekolah (SMP-SMA), 20% lainnya.
Terlepas dari hypenya Pengabdi Setan 2 dan banyaknya penilaian positif terhadap film (panjang) bang Joko ke-9 ini, bagi saya yang merupakan penonton biasa menilai PS2 berada pada tataran nilai "jelek tidak, sempurna juga belum". Ups.
Karena, memang jika bicara soal teknis cinematography, sound, dll perihal teknis penyajian cinema bang Joko dan tim tidak usah diragukan lagi. Top parah, dari film panjang debutannya, Janji Joni (2005) sampai dengan yang sekarang. Tampaknya memang dalam hal ini bang Joko bisa disebut sebagai Nolannya Indonesia, minimalis, sentimentil, berkesan, dan mahal...
Akan tetapi, dari segi penceritaan di film PS2 ini tampaknya agak sedikit kurang. Inilah yang kemudian saya sorot. Di mana benar menurut youtuber bang *tuut (sensor) bahwa film ini "Kebanyakan isinya jumpscare" atau menurut youtuber bang *tuut (sensor) film ini seperti layaknya "Wahana rumah hantu". Yang akhirnya wajar jika kemudian ada yang bilang "Sesak, sampe gak bisa napas", "Puyeng", dll.
Menurut saya pribadi, memang porsi jumpscare atau adegan yang bikin kagetnya (kaget bukan dari segi plot twist ya) di film ini terlalu banyak. Jadi setiap orang (tokoh) di film seperti pada dapat jatah jumpscare di rusun itu. Capek sih seriusan, ngos-ngosan. 🥴🥵
Terus menjelang bagian akhir (AWAS MENGANDUNG BOCORAN) saat big villainnya muncul entah kenapa ada kesan terburu-buru. Muncul, kemudian "dilawan" oleh pahlawan yang sering datang terlambat dengan senjata khusus, udah, selesai, langsung K.O dia si big villain.Â
Maksudnya "dilawan" di sini bukan secara harfiah, karena si big villainnya juga tidak melawan, hanya sekadar ditunjukkan (kata yang lebih tepat) senjata khusus itu, dan langsung selesai, K.O dia.
Si big villain tidak memberikan perlawanan sama sekali. Padahal jika kita ingat di film besutan James Wan The Conjuring 2 misalnya-kalau coba cari-cari referensi lain yang kayaknya 11-12 satu nuansa dengan PS2-sebelum big villainnya K.O ada drama dulu yang dibuat oleh si big villain; kaca pecah, ada sambaran petir ke pohon, atau gelantungan di jendela, sampai akhirnya dia K.O karena hal sepele (disebut namanya).
Adapun untuk kisah misterinya, ini yang sangat berkesan bagi saya, nilai plus. Mengaitkan dengan sejarah dan kejadian yang pernah ada di Indonesia; kemudian misteri soal Ian yang disebutkan pada film Pengabdi Setan pertama (PS1) sebagai anak iblis (misteri ini sedikit banyaknya mengingatkan kita dengan filmnya Ari Aster, Hereditary (2018)), juga misteri yang dibalut mitos religi. Kereeen.
Di PS2 bang Joko juga sepertinya sengaja atau ada maksud tersendiri memasukan tokoh-tokoh religi, dengan menghadirkannya melalui nama tokoh, seperti Bhatara (yang berarti Dewa) kemudian juga Wisnu (nama Dewa dari mitologi Hindu).Â