Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Review Novel Animal Farm: Saat yang Melawan dan yang Dilawan pada Akhirnya Sama

25 April 2022   04:50 Diperbarui: 8 November 2023   01:56 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia menyukai kebebasan, hidup di luar tekanan, dan selalu ingin melakukan apa saja yang ia suka. Begitupun dengan para binatang di peternakan Manor, mereka ingin kebebasan, rindu kemandirian, dan merdeka dari kungkungan tirani manusia.

"Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengonsumsi tanpa menghasilkan. Ia tidak memberi susu, ia tidak bertelur, ia terlalu lemah menarik bajak, ia tidak bisa lari cepat untuk menangkap terwelu. Namun, ia adalah penguasa atas semua binatang. Manusia menyuruh binatang bekerja, dan mengembalikan seminimal mungkin hanya untuk menjaga supaya binatang tidak kelaparan, sisanya untuk manusia sendiri."

Sebuah penggalan pidato si tua Major, si Babi bijak yang menggambarkan perspektif mengenai realitas manusia di mata para binatang. Semuanya merasa sudah banyak berjasa pada manusia, namun mereka tak pernah diperlakukan adil, yang ada hanyalah eksploitasi dan eksploitasi. Para binatang menginginkan kesetaraan, keadilan, Binatangisme.

Cita-cita dan perlawanan itu kemudian mewujud sepeninggalnya Major. Dua babi cerdas, Napoleon dan Snowball berhasil menggulingkan dan menggantikan kekuasaan Pak Jones di peternakan itu.

Semua berjalan dengan semestinya. Keharmonisan, kadilan, dan cita-cita nan mulia di antara para binatang perlahan mulai terwujud. Semua itu berjalan di atas prinsip Binatangisme, yang menekankan tekad dalam larangan: melakukan, meyerupai, dan mengikuti cara/gaya hidup manusia.

Namun sayang, kehidupan demokratis yang dimotori dwitunggal Nopoleon dan Snowball itu ternyata tak bertahan lama. Dua kepala dalam satu tampuk kepemimpinan adalah mimpi buruk, yang pada akhirnya bermuara pada pernyataan 'menyingkirkan atau disingkarkan'. Kehidupan yang awalnya harmonis, berlandaskan semangat sama rata sama rasa itu kini berubah menjadi saling curiga, paranoia, berbaukan tirani.

Pada bagian ini, Orwell seolah ingin menunjukkan kepada para pembaca bahwa betapa mudahnya sebuah prinsip dimanipulasi diubah menjadi propaganda untuk membodoh-bodohi pihak lain. Dan betapa mudahnya prinsip politik dalam napas totalitarian dapat mengubah ruh perlawanan yang awalnya suci menjadi horor yang baru.

Demikianlah keadaan peternakan Manor. Prinsip Binatangisme yang telah disepakati sebelumnya kini dimanipulasi oleh para pemimpin baru. Bahkan moto 'kaki empat baik, kaki dua jahat' kini secara sepihak diubah menjadi 'kaki empat baik, kaki dua lebih baik'. Semuanya lebur, buram, kabur, tak ada beda, yang dilawan dan yang melawan mereka pada akhirnya sama.

Sebuah alegori politik yang ditulis pada masa Perang Dunia II, yang tampak jelas sebagai satire atas totaliterisme 'negara merah' pada masa itu. Dianugrahi Retro Award (1996) untuk novela terbaik dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun