Bantahan tudingan kepada Sekjen DPP Front Pembela Islam (FPI) DKI Jakarta, Novel Chaidir Hasan Bamukmin tentang kesalahan pengetikan pihak kepolisian oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta menjadi bahan perbincangan di media sosial (Medsos) kini.
Bermula dari kesalahan pengetikan oleh pihak berwajib riwayat hidup Novel dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dalam BAP tersebut tertulis bahwa Novel pernah bekerja di restoran cepat saji Pizza Hut (PH) yang ternyata salah, justru dalam pengetikan tersebut tertulis ‘Fitsa Hats’.
Pada akhirnya suasana panas dari massa dua kubu pro Ahok dan anti Ahok pun terus menggeliat di halaman Medsos, bahkan ‘Fitsa Hats’ menjadi trending topic kini. Ketika sidang keempat kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, yang bertempat di Gedung Kementerian Pertanian Jakarta Selatan belum lama ini, ternyata menyimpan cerita yang mengundang senyum tawa.
Awalnya Ahok mengatakan bahwa dirinya merasa janggal terhadap satu saksi yang bernama Novel Chaidir Hasan Bamukmin, dalam tulisannya menyebut bahwa Novel pernah bekerja di ‘Fitsa Hats’ hal tersebut justru menjadi bahan olok-olokan Ahok terhadap saksi yang bernama Novel tersebut.
“Ada saksi yang malu kerja di Pizza Hut tapi sengaja diubah jadi Fitsa Hatas. Saya sampai ketawa, padahal semua mesti tanda tangan. Dia bilangnya enggak memperhatikan,” kata Ahok saat sidang keempat yang di gelar Gedung Kementerian.
Dengan olok-olokan Ahok justru mengisyaratkan kepada para pendukungnya untuk membully Novel dengan bergerilnya di medsos. Pada kenyataannya kekeliruan itu berasal dari pihak kepolisian yang salah mengetikkan riwayat Novel. Padahal Novel sendiri tidak menampik bahwa dirinya mengakui memang pernah bekerja di restoran Pizza Hut.
Lucunya lagi Ahok mengatakan, bahwa Novel secara sengaja mengganti nama Pizza Hut menjadi Fitsa Hats lantaran dirinya malu karena bekerja pada orang kafir. Sontak bahan tertawaan Ahok itu Novel justru terbahak dan mengatakan, “Soal itu, Hahaha, itulah salah satu dari kegoblokan Ahok, yang semakin terbukti saja,” ujar Novel.
Jika kita telaah kembali titik permasalahan diatas sudah jelas siapa yang bersalah dalam masalah ini, kiranya kita sebagai masyarakat bisa menilai. Bagi Ahok sudah jelas bahwa kasus tersebut untuk mengaburkan inti permasalahan kasus penistaan agama yang telah menjeratnya itu. Inilah yang disebut skenario busuk yang digulirkan oleh pihak-pihak tertentu, bahkan dapat dipastikan menggiring opini masyarakat bahwa ada pihak yang ingin menggulingkan ormas seperti FPI ini yang terkesan bahwa FPI adalah sebuah ormas yang kurang elegan tampil di Jakarta ini.
Harusnya aparat penegak hukum seperti Kepolisian bertanggung Jawab terkait kesalahan penulisan tersebut, bukan justru menampik bahwa pihak saksi sudah mempersilahkan riwayat hidupnya di beberkan di meja sidang. Banyak pengamat justru mengatakan ada pihak yang memang ingin memperkeruh masalah ini, apakah pihak itu dari Kepolisian sendiri? Pertanyaan tersebut kini terlontar jelas dikalangan publik, bahwa kasus Ahok memang ingin diputar pelan-pelan agar kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok tidak terbukti bersalah.
Akankan masyarakat kita akan tersentuh iba dengan kasus Ahok ini? Apakah sebaliknya, sang Penista Agama Islam (Ahok) akan terus dihabisi kancah politiknya hingga berakhir di jeruji besi. Pertanyaan itu kini bermunculan diberagam lapisan masyarakat, baik itu di tempat tongkrongan, warung kopi, warteg maupun sekelas restoran mewah sekalipun.
Sampai kapanpun skenario Ahok dengan memberikan kejutan-kejutan yang dianggap para pendukungnya hal bagus untuk disorot sebagai bahan bully ternyata akan terus berlangsung, sebab Ahok memang telah mempersiapkan angkatan perangnya untuk membantah semua tudingan dirinya terhadap kasus penistaan agama itu.