Mohon tunggu...
Denur
Denur Mohon Tunggu... Freelancer - Guru

Kadang suka baca kadang suka nulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gen Z dan Problematika Media Sosial

14 Januari 2023   23:07 Diperbarui: 14 Januari 2023   23:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z merujuk pada suatu istilah yang disematkan kepada generasi post milenial yang lahir antara sekitar tahun 1997 sampai tahun tahun selanjutnya. 

Kelahiran generasi ini beriringan dengan mulai berkembangnya internet sebagai arus utama perkembangan teknologi yang begitu melesat pesat sampai hari ini. Koneksi, digitalisai, dan informasi merupakan konsumsi utama dan ibu asuh yang mengawal tumbuh kembang generasi ini.

Arus informasi yang tidak mengenal batas antara satu negara dengan negara lain dan tidak mengenal klasifikasi umur masuk ke dalam tiap tiap ponsel pinter yang bisa di genggam oleh siapa saja, "Dunia dalam genggaman" begitu kira kira ucap manusia sekarang. 

Jika generasi Z paling awal lahir ketika tahun 1997 maka di usia yang sekarang menginjak 25 tahun dan usia sebaya nya yang memasuki rata rata umur 20 tahun, ini merupakan satu fase yang dalam kajian psikologi modern sebagai "Krisis Quarter Life" atau sederhananya krisis pasca usia 20 tahun.

Diusia rata rata ini merupakan fase proses pencarian mengenal jati diri, yang dalam prosesnya sulit untuk tidak terkontaminasi oleh media sosial. Selain di institusi pendidikan dan keluarga media sosial juga menjadi second home sebagai sarana untuk berbagi informasi, bercerita, atau bergosip termasuk dalam berbagai hal kehidupan sehari hari yang privat kini mejadi hak milik publik. 

Seperti para pesohor di industri hiburan tanah air atau luar negeri yang banyak pengikutnya dari bermacam kalangan strata sosial, membagikan setiap tindak tanduk kehidupan sehari hari merupakan bagian dari interaksi mereka untuk terus merawat follower nya. Trend ini juga di ikuti oleh kebanyakan yang menggunkan media sosial, mulai dari sekedar menunjukan aktivitas kesharian sampai untuk "flexing" atau ajang pamer di ruang publik media sosial.

beragam alasan memang, tetapi secara tidak langsung alam bawah sadar generasi kita terbuai oleh imaji imaji tentang yang dilihatnya di media sosial, saperti sukses di usia muda, dapat satu miliar sebelum usia 25 tahun, atau menjadi staff milenial presiden yang pra syaratnya tentu seabrek privilage.

 Tentu ini bisa di jadikan motivasi, tetapi tidak sedikit dari mereka yang justru merasa terpuruk dan gagal ketika mereka mulai membanding bandingkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain yang dilihatnya di layar ponsel media sosialnya kemudian merasa bahwa hidup ini tidak adil.

Ada banyak problematik media sosial yang menyerang gen Z selain secara personality kehidupan juga banyak problematik lain seperti hoax dan fake news yang sering membuat kita hawatir dan banyak membuat gangguan hidup. Apalagi saat ini konsumi internet Generasi Z berkali lipat dibanding generasi sebelumnya merupakan peluang dan tantangan untuk tetap bijak dalam menggunakan media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun