Pilihlah kriteria pasangan yang berikut: karena kecantikannya atau ketampanannya, kekayaannya atau kedudukannya, dan agamanya atau akhlaknya.Â
Begitulah sabda Rasulullah saw. Di antara ketiga pilihan tersebut, nabi berpesan untuk mengutamakan yang ketiga yaitu agama atau akhlaknya.
Dalam memilih jurusan perkuliahan juga kita mengutamakan potensi anak dan kemampuan financial keluarga yang akan mengucurkan dana untuk kelanjutan pendidikannya hingga selesai sampai lulus sarjana atau tuntas kuliahnya.
Berkacamata pada pengalaman hidup misua, yaitu eks. Kedokteran Unisula. Sudah menempuh tujuh semester lalu berhenti alias resin, gegara orang tuanya sudah pensiun sementara adiknya harus masuk kuliah mencari jurusan yang cepat dan tepat untuk segera bekerja.
Kemudian misua mencari kerja dengan mendaftar di beberapa perusahaan dan akhirnya tertambat pada pekerjaan yang ia daftarkan hingga lupa untuk melanjutkan kembali kuliahnya. Dengan tidak sempatnya melanjutkan kembali studynya, dan asik pada pekerjaan yang ia tekuni saat itu, maka  berhentilah untk tidak  kembali melanjutkan semester di jurusan kedokterannya.
Dengan demikian cita-cita dan harapannya, kandas di perempatan jalan padahal hampir setengah jalan untuk melanjutkannya kembali.
 Dengan cita-cita tertunda dan  terbengkalai tersebut, harapan dan keinginannya berhasrat di salurkan kepada  salah satu putera-puterinya.Â
Namun apa daya..., lagi-agi harus mempertimbangkan jauh kedepan yaitu financial dan potensi anaknya kembali.
Walau ada  salah satu puterinya yang menyukai dunia kedokteran, namun harus di barengi pula dengan kemampuan segi financial.Â
Di era digital milenial sekarang ini, bisa saja kita hanya mengandalkan kekuatan niat dan tekad pada misi jurusan kuliah yang di ambil. Namun melihat kisah perjalanan hidup orang lain atau flash back pada orang tuanya, menguatkan dalam melangkah  mengambil keputusan yang bijak.
Sudah saatnya kita sebagai orang tua, tidak memaksakan kehendak anak dalam menentukan Jurusan dan pernikahan. Terima kasih Semoga bermanfaat