Oleh : Dede Nurhasanah¹ & Dr. Basrowi, S.E.,M.E.²Â
¹Mahasiswa MM Uniba, |²Dosen MM Uniba, Banten, Indonesia
                                                Â
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani secara optimal agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan di 5 lembaga Pendidikan Anak Usia Dini yang terletak di daerah Ciwandan Kota Cilegon. Disekolah yang menjadi subjek penelitian ini banyak masalah yang timbul dalam melakukan proses pengembangan kompetensi guru dalam bidang teknologi, salah satunya karena ketidaksiapan para guru yang menolak menggunakan komputer.
Populasi penelitian ini terdiri dari guru tingkat PAUD dengan jumlah 45 orang  di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan Ciwandan. Sampel penelitian ini dilakukan dengan random sampling sebanyak 45 orang Sampel demografi terdiri dari 45 orang perempuan (100%). Responden sebanyak 38 orang (85%) guru dan 7 (15%) tenaga administrasi.  Berdasarkan masa kerja, 30 orang (70%) berusia di atas sepuluh tahun, dan 15 orang (30%) berusia di bawah sepuluh tahun). Data dikumpulkan pada 19 Desember 2022.
Guru pada tingkat ketidaksiapan secara khas mengabaikan nilai teknologi untuk penggunaan pribadi atau instruksional mereka. Â Para guru juga menunjukkan ketakutan yang hampir fobia bahwa jika mereka mengoperasikan komputer, mereka cenderung merusak program atau mesin itu sendiri. Selain itu, mereka sering melihat teknologi terlalu sulit dan rumit untuk dipelajari, apalagi dimasukkan ke dalam pengajaran mereka dan mereka merasa usia menjadi faktor utamanya.
Peran Kepala sekolah adalah pemimpin di sekolah yang mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan kegiatan sekolah dan seluruh proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kepala sekolah yang baik adalah pemikir di sekolah yang menciptakan iklim sekolah dan menjamin kelangsungan proses pendidikan secara berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan produktivitas guru dan siswa. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang baik akan diterima oleh guru di sekolah sebagai orang yang dapat mewujudkan kemajuan sekolah.
Akan tetapi banyak beberapa ahli berpendapat, kepemimpinan ini merupakan kombinasi dari berbagai sifat, karakteristik, dan perilaku yang digunakan seorang pemimpin untuk berkolaborasi secara efektif dengan yang dipimpin (Jeremy, 2012) untuk mencapai tujuan organisasi (Alzoubi & Jaaffar, 2020). Gaya kepemimpinan dapat berkontribusi secara efektif dalam menentukan kinerja organisasi (Al Khajeh, 2018). Teori kontingensi menjelaskan bahwa tidak semua pemimpin memiliki tingkat keterampilan dan kompetensi yang sama ketika menghadapi krisis atau lingkungan yang menantang (Taormina & Taormina, 2008).
Dari pendapat ahli diatas penelitian ini dianalisis menggunakan Theoretical Gap, berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara peran Principal Leadership terhadap School Improvement karena tidak semua pemimpin memiliki tingkat keterampilan yang sama Ketika menghadapi krisis atau lingkungan yang menantang (Taormina & Taormina,2008), Sedangkan menurut  (Al Khajeh, 2018) mengatakan Gaya kepemimpinan dapat berkontribusi secara aktif dalam menentukan kinerja organisasi. Hal ini menunjukan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan antara peran Principal Leadership terhadap School Improvement.
Dalam mewujudkan kemajuan sekolah perlu juga ada peran dan dukungan guru didalamnya akan tetapi disekolah yang menjadi subjek penelitian ini terdapat 70 % guru yang berada  pada tingkat ketidaksiapan. Di kecamatan Ciwandan ada sekitar 26 orang guru dari 5 Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini nonformal yang fobia dalam mengoprasikan komputer. Faktanya, ini menjadi sebuah tantangan bagi kepala sekolah untuk mewujudkan  kemajuan sekolah.
Sedangkan menurut (Bailey & Lumley, 1997; Glennan & Melmed, 1996; Harris, 1980) Fokus ini mengarah pada pengembangan staf dalam teknologi dalam bentuk sesi pelatihan tradisional yang melatih guru dalam keterampilan khusus atau teknik instruksional. Oleh karena itu kepala sekolah menargetkan dalam 2 tahun ajaran, setiap guru harus mampu mengintegrasikan teknologi dalam pembelajarannya atau minimal dapat mengoprasikan komputer.