Mohon tunggu...
Dede Nur Ela
Dede Nur Ela Mohon Tunggu... -

SANG PEMIMPI YANG TAKKAN PERNAH MATI..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dia, Cintaku [1]

11 Juni 2011   12:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:37 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gubrak...!!!! Aku merebahkan badanku diatas sofa di kamarku. Sendi-sendi Badanku seakan ikut tenang. Tapi, tak setenang pikiran dan hatiku. Pikiranku terus digelayuti perkataan Mama yang membuatku tak tenang, di telingaku terngiang-ngiang perkataan Mama..."kapan kamu nikah...?" aku hanya terdiam membisu mendengar perkataan Mama tanpa bergeming sedikit pun. "akh, Mama..besok atau lusa mungkin aku akan memberi jawaban, tapi tidak untuk hari ini...." kataku sembari beranjak.
"itu penyakit kamu..." kata Mama sembari memandang kepergianku dengan iba, mungkin di benak Mama, anaknya ini takut jadi seorang perawan tua.
Tak sadar air mataku jatuh berderai, cepat cepat aku menghapusnya. Aku gak boleh cengeng..gak boleh.. Aku beranjak menuju kamar mandi, seraya membersihkan muka dan menuju tempat tidur.. Aku ingin "tenang"...

¤¤¤

Pagi yang cerah, tapi tak secerah hatiku. Hari ini libur, hari libur seperti ini aku tak pernah keluar kamar apalagi untuk keluar rumah ada rasa enggan dihatiku.
"sayang,,, kamu udah bangun belum? Nanti sore kita kedatangan tamu, jadi sekarang kamu siap-siap yah..."
"Mam, tamu aku atau mama..."
"lho ko'.. Gitu, tamu kita dong sayang, tamu keluarga"
"Aku lagi males keluar kamar,, jadi bilangin aja aku sakit..selse kan Mam..."
"hus,,, kamu ini.. Jangan gitu akh, mama gak suka... Pokoknya Mama pengen kamu dandan yang cantik ya.."
Setelah itu tak terdengar lagi suara Mama, mungkin Mama udah pergi..
Tak terasa sore udah dateng.. Semburat cahaya merah di barat mulai kelihatan, Sejak siang tadi Mama udah kayak setrikaan, mondar- mandir, bolak-balik Ngeliatnya aja sampe pusing.
"Mam, bisa gak sich duduk?? Papa aja diem, santai, baca koran, sambil ngopi... Mama ini grogi banget, kayak mau kedatangan Besan aja..."
Mama berberhenti, menoleh ke arahku. Mukanya kaget, seraya tersenyum ke arahku.
"gak ko' sayang,, gak pa-pa.. Iya kan Pah???
Papa hanya tersenyum. Aku menangkap sesuatu dari sikap Mama yang ganjil sore ini, terkesan rahasia bagiku. Dan akhirnya, semua pertanyaanku tak terjawab karna terdengar suara mobil berhenti dipekarangan rumah.
"ayo Pah, Nad..."
Aku sampe ketawa ngeliatin tingkah Mama, yang bagiku lucu, teramat lucu.. Ributnya minta ampun..hehe

¤¤¤

"ELO...?"
"NADIA..."
"Jadi kalian udah saling kenal? Bagus dong, pasti semuanya lancar.." Kata Mama seraya tersenyum penuh makna..
"MAAF, saya lagi gak enak badan.. Saya permisi.."
"lho ko'...'' Mama keheranan
"NAD, tunggu... Nad.. Dengerin penjelasan aku Nad.... NADIAAA.....
"Ada apa ini...??
Laki-laki yang aku benci, kenapa muncul lagi padahal aku sudah mengubur kenangan bersamanya, kenangan-kenangan yang menyakitkan hatiku... AKU mengenalnya 8 tahun yang lalu, saat aku duduk di kelas 2 SMA, aku mengenalnya melalui sebuah organisasi yang ku pimpin, aku sebagai ketua dan dia sebagai sekretarisku. Alhasil kemana mana dia selalu menemaniku pergi bahkan, kebersamaan itu menjadi sebuah janji setia yang kita ukir bersama. Tapi, tak lama setelah itu Aku merasakan pahitnya mencintai. Takdir berkata lain ternyata dia membohongiku. Entah deretan ke berapa aku dalam perempuan-perempuan dalam hidupnya. Mulai saat itu aku muak, bahkan mungkin jijik sama mahluk yang namanya laki-laki, aku samakan, mungkin semua laki-laki seperti itu. Sejak saat itu aku mulai menutup diri dengan dunia luar, aku menarik diri dari pergaulan. Hingga kini usiaku menginjak 24 Tahun, aku belum bisa melupakan kejadian itu.
Terdengar suara ketukan pintu...tapi, aku tak menghiraukannya bahkan aku memilih untuk DIAM.

....

_bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun