Mohon tunggu...
Deden SR.
Deden SR. Mohon Tunggu... Lainnya - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Menulis sebagai manifestasi keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mesin Bungkuk

13 Mei 2024   23:10 Diperbarui: 14 Mei 2024   00:43 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mesin Bungkuk

Hidungnya mancung bagaikan gagang pacul

Telinganya keriput bagaikan daun yang kering

Mulutnya terngangah, dihembus nafas yang lelah

Wajahnya bercucuran darah yang tak lagi merah



Dialah mesin bungkuk yang lapuk

Melawan panasnya terik hanya untuk padi setumpuk

Tidak ada lagi yang bisa menjamin dia hidup

Mesin yang panas tak bisa lagi dilanjut



Memenuhi tanggung jawab sebagai kepala keluarga 

Untuk menghidupi anaknya yang tak beretika

Hanya bisa berfoya-foya !

Hanya Euforia yang dia punya !



Kini mesin bungkuk sudah tak lagi berdaya

Seorang anak manja yang melanjutkan hidupnya

Dia tersesat, tak tau lagi arah

Penyesalan yang tak terbendung

Menjalani hidup bagaikan seorang yang dipasung.


Karya: Deden SY

Dibuat: Senin, 13 Maret 2024

Instagram



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun