Hemh, lenguhan nafas terdengar deras, kutatap langit yang malu bersembunyi dibalik asap hitam pekat, kemanakah langitku yang dulu biru ketika pagi dan indah dikala senja, dia enggan menatapku gerangan apa dosaku,Â
Aku rindu langitku, Â yang selalu setia menopang egoku, malas memang tapi kucoba cari alasan mengapa dia selalu menghindari bertemu denganku,Â
Bangunan demi bangunan mungkin menjadi alasan, terlebih cerobong asap yang mencuat dari balik jeruji pabrik yang kini merajai hampir setiap ruang dimana aku tinggal, tak sampai disitu kulihat moncong kendaraan roda tak kalah berikan masalah ulah manusia yang serakah.Â
Ku rindukan langitku, tempat berkeluh kesah dikala gelisah, yang kini telah pindah ke negeri entah berantah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H