Mohon tunggu...
Dongeng

Tak Seelok Langit Senja

30 Oktober 2017   12:09 Diperbarui: 30 Oktober 2017   12:15 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hemh, lenguhan nafas terdengar deras, kutatap langit yang malu bersembunyi dibalik asap hitam pekat, kemanakah langitku yang dulu biru ketika pagi dan indah dikala senja, dia enggan menatapku gerangan apa dosaku, 

Aku rindu langitku,  yang selalu setia menopang egoku, malas memang tapi kucoba cari alasan mengapa dia selalu menghindari bertemu denganku, 

Bangunan demi bangunan mungkin menjadi alasan, terlebih cerobong asap yang mencuat dari balik jeruji pabrik yang kini merajai hampir setiap ruang dimana aku tinggal, tak sampai disitu kulihat moncong kendaraan roda tak kalah berikan masalah ulah manusia yang serakah. 

Ku rindukan langitku, tempat berkeluh kesah dikala gelisah, yang kini telah pindah ke negeri entah berantah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun