Mungkin ini pertanyaan siapa pun yang merasa pendidikan S1 saja belum cukup. Dulu saja, ketika mau kuliah S1, dan Alhamdulillah, dapat Universitas Negeri di Bogor, rasanya belum percaya, karena menghabiskan waktu selama 4,8 tahun bukan waktu yang pendek. Benar-benar perjuangan. Mulai biaya, belajar keras hingga manajemen waktu agar cepat selesai pun menjadi target bagi aku.
Maklum aku, terlahir dari keluarga sederhana. Tapi orang tuaku memiliki harapan dan cita-cita luhur agar puteri-puterinya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Mimpi indah masih bergelayut, saat kekagumanku terhadap orang-orang sukses bisa menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, hingga S2-S3 dan Post Doctoral baik di dalam dan luar negeri.
Pengalamanku berburu beasiswa, sangatlah berat waktu itu, tidak semudah sekarang karena ada beasiswa untuk non staff/umum. Gagal di sesi interview hingga mengharuskan saya menjad staff pengajar terlebih dahulu di Almamaterku menjadikan pelajaran berharga bagi saya. Bagaimana mungkin, status saya hanya sebagai honorer Asisten Peneliti Dosen, belum memberikan jalan keluar untuk mendapatkan beasiswa, karena dulu beasiswa lebih diutamakan untuk staff peneliti, staff pengajar hingga staff pemerintahaan yang mungkin lebih didahulukan mengingat peran serta mereka dalam melayani masyarakat umum.
Rasanya ingin menangis. Setelah kegagalan kuhadapi karena faktor administrative, hingga akhirnya saya sementara menyerah dan fokus bekerja dahulu sambil mengumpulkan pundi-pundi kekayaan sebagai bekal.
Selain doa, saya ungkapkan niatku kepada orang tuaku. Mereka kaget, karena dana puluhan juta hingga ratusan juta (total biaya selama study), dapat dari mana? Tapi saya meyakinkan mereka, bahwa saya akan mencari tambahan dana untuk sekolah S2 ku itu. Juga teman-teman yang lain, pastinya ada yang mencibir, si Dede anak kost gitu, masa mau ambil S2, program executive pula..he..he, mustahil!!! (kayaknya mindset teman-teman berpikir begitu...sabarrr..hikss).
Hingga suatu saat, tragedi pun terjadi, disaat saya sedang merancang rencana indah mau lanjut study walau dengan biaya sendiri….dilandasi niat kuat.. PHK terjadi. Sedih, tertekan, galau, bingung..itu yang kurasakan dulu. Maklum saya sebagai anak perantauan, yang hidup mandiri, dan jauh dari keluarga serta harus membantu ekonomi keluarga.. Tekadku saya terus ikhtiar mencari penghidupan yang lebih baik hanya bermodalkam Ijazah S1 dan mengandalkan tabungan ala kadarnya hasil pesangon PHK. Salahnya saya, belum terpikir untuk membuka usaha mandiri dulunya, tapi apa pun saya berusaha ikhlas menjalani. HIngga akhirnya saya mendapat pekerjaan lagi…cukup bernafas lega. Alhamdulillah.
Bermodal nekad, saya mencoba mendaftar untuk lanjut study di Universitas Negeri Bogor, almamater S1ku dulu, Saya ambil program Executive karena bisa kuliah sambil kerja walau bagi saya pribadi, biaya kuliah sebesar itu sangat eksklusif dan mahal…hikss.  Namun hal itu tak membuatku patah arang. Dalam pikiranku, bila lulus test masuk, pasti Allah Swt akan memberikan aku jalan untuk menyelesaikan study termasuk masalah biaya. Bila pun saya gagal test masuk, Allah Swt punya rencana yang terbaik.
Alhamdulillah, saya lulus test masuk dan pertengahan tahun 2014 perkuliahan sudah dimulai. Apakah masalah sudah selesai? Wah, ternyata benar-benar butuh perjuangan juga yah dalam istilah banget, karena selain manajemen waktu yang tepat juga alokasi dana yang tepat. Dalam doa, harapan dan keyakinan, aku serahkan semua pada Allah Swt termasuk, setelah ada warning dari kampus untuk segera bayar SPP, saya pasrah dan terus berdoa akhirnya Allah Swt menjawab doaku,  di kantor dapat tawaran project, sebulan kemudan…Alhamdulillah, ada pencairan dana proyek hingga aku selamat bisa bayar SPP. Untuk nambah-nambah biaya kuliah, selain kerja, saya pun bantu teman jualan produk dan isi survey online yang jalo perbulan lumayan, bisa setengah gaji ..he..he.. Allah Swt pasti akan memberikan jalan untuk orang-orang yang sedang menuntut ilmu.
Kini dijelang akhir study (sedang penelitian) setalah 2 tahun usai, saya masih terus semangat, istilah tidak ada waktu untuk leha-leha. Aku ambil program Magister Busines, agar aku bisa belajar menjadi wirausaha yang tepat dan cerdas. Saya pun tekankan pada adikku untuk melanjutkan studynya, dengan target Universitas Negeri walaupun sekarang Universitas Swasta malah ada yang lebih bagus kualitasnya dari Universitas Negeri (maklum terkendala biaya..he..he).
Memasuki era MEA (Masyarkat Ekonomi Asia) dan jaman Globalisasi, penting sekali kita mengenyam pendidikan. Para Dosenku terus memberikan wejangan kepada kami para mahasiswa karena kualitas tenaga kerja Indonesia masih rendah dibanding negara lain. Kita upgrade skill, pengetahuan dan mindset agar makin terbuka cakrawala dan perspektif kita mengenai persaingan global di dunia internasional. Jadilah kita salah satu pemenangnya. Minimal Berjaya di negeri sendiri. Bila ada niat, berjuta peluang akan kita raih asalkan kita ulet, sabar dan terus semangat berkarya!(logo hasi; kreasi sendiri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H