[caption id="attachment_383653" align="aligncenter" width="624" caption="Kota Jakarta. (KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO-RODERICK ADRIAN MOZES)"][/caption]
Istilah penghijauan mungkin sudah tidak asing lagi di telinga siapa pun. Namun penghijauan ini lebih ke makna penghijauan yang dilakukan khususnya di kota-kota besar. Permasalahan tata kota khususnya di kota besar, seperti Ibu Kota tercinta ini sungguh membutuhkan perhatian yang ekstraluas. Masalahnya, selain pencemaran lingkungan, baik itu udara, air juga tanah yang bisa menurunkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu perlu upaya-upaya berkesinambungan, agar lingkungan tetap terjaga sehingga bisa tercapai keseimbangan alam dan terciptanya kondisi ekonomi yang sinergis.
Mengenal Kota Jakarta pastinya tidak jauh-jauh dengan istilah macet, banjir hingga kota yang rawan. Memang dari beberapa kasus hal ini benar adanya. Tingginya pencemaran lingkungan, baik itu di air, udara hingga tanah akibat pembuangan limbah pabrik, sampah-sampah anorganik, menyempitnya kawasan hijau akibat beralih fungsinya menjadi pemukiman penduduk dan penyakit kota hingga kemacetan yang tidak berujung makin menambah buramnya potret Kota Jakarta tercinta ini.
Ditambah lagi, di saat-saat musim penghujan, di mana akibat minimnya resapan air menyebabkan kondisi banjir hampir di seluruh area Jakarta dan tentu saja hal ini berakibat lumpuhnya aktivitas ekonomi bagi warga di sekitarnya. Sungguh prihatin bukan? Kota Jakarta sebagai ibu kota negara sudah sepantasnya memiliki tampilan yang resik, aman, dan nyaman walaupun makin modernnya suasana kehidupan di Kota Jakarta. Setali tiga uang, selain permasalahan lingkungan, tingkat kriminalitas pun masih tinggi di Kota Jakarta sehingga makin membuat Kota Jakarta tidak lagi hommy atau kondusif sebagai kawasan pemukiman penduduk.
Memang selain kompleksitasnya permasalahan yang ada, Kota Jakarta masih membutuhkan penanganan yang berkesinambungan agar dihasilkan solusi yang saling menguntungkan.
1.Gerakan penghijauan, di mana bukan lagi penanaman area yang gundul namun lebih ke aktivasi fungsi dari kawasan hijau sebagai paru-paru kota. Disarankan, di beberapa titip area yang dekat dengan kawasan industri untuk lebih intensif dilakukan reboisasi agar terciptanya keseimbangan alam yang harmonis dinamis.
2.Pengalihan kawasan industri khusus di area sentra industri di pinggiran Jakarta, agar meminimalisasi kemacetan akibat padatnya aktivitas masyarakat khususnya di kawasan industri. Semakin padat tenaga kerja pastinya akan menimbulkan volume pengguna lalu lintas jalanan sehingga bisa menambah kemacetan di Kota Jakarta ini.
3.Pengaturan tata letak kota, di mana pembangunan kawasan mall-mall dibatasi dalam upaya mengurangi dan menghindari maksimalisasi dari penggunaan area resapan air, sehingga Kota Jakarta masih bisa terlindungi dari kondisi banjir terutama di musim hujan selain menghindari intensitas kemacetan yang sudah makin parah ini.
4.Pendauran ulang sampah-sampah khususnya sampah anorganik sehingga bisa mengurangi pencemaran air dan tanah yang bisa menimbulkan penyakit berbahaya khususnya bagi warga pinggiran dengan tingkat ekonomi lemah.
5.Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi namun lebih ke arah maksimalisasi penggunaa kendaraan umum untuk mengurangi kemacetan, selain dilakukannya pembenahan-pembenahan dengan penambahan jumlah kendaraaan umum, seperti bus Transjakarta, kereta api, Kopaja, juga MRT untuk menambah kenyamanan dalam berkendaraan umum sehingga menambah daya tarik bagi warganya untuk beralih ke kendaraan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi.
6.Pembinaan bagi warga pendatang secara intensif, persuasif dan educated yang artinya dilakukan pembinaan bagi warga khususnya pendatang agar tidak berbondong-bondong mendatangi Kota Jakarta dengan tujuan mengadu nasib di Jakarta. Tidak mudah memang bekerja di Jakarta. Selain persaingannya yang tinggi, juga rawan akan penyakit masyarakat lainnya, seperti kejahatan, prostitusi, hingga human trafficking (penjualan manusia yang makin marak).
7.Pembangunan berkelanjutan di luar Jakarta agar setiap warga yang tinggal jauh dari Kota Jakarta merasa adanya keadilan dalam menikmati fasilitas umum, baik itu pendidikan, kesehatan, sarana hiburan hingga fasilitas-fasilitas umum lainnya. Penciptaan lapangan kerja di daerah pun sangat berguna mengurangi tingkat urbanisasi sehingga terjadinya pemerataan pembangunan di seluruh Tanah Air.
Bukan sudah jamannya lagi beranggapan Kota Jakarta sebagi Surga Dunia khususnya bagi para pencari lapangan kerja. Gunakan kesempatan yang ada di daerah kita dengan keinginan dan tekad yang bulat. Inovasi dan kreativitas Anda sangat dibutuhkan di daerah-daerah yang di mana sesungguhnya masih bisa dimanfaatkan secara maksimal potensi alamnya demi kesejahteraan warga Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H