Mohon tunggu...
Dede Zahra None
Dede Zahra None Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Nama saya Dede Zahra. Saya sekarang tinggal dan kerja di Jakarta.Mempunyia hobi menulis,mendengarkan musik juga travelling. Semoga tulisan opini ini bermanfaat minimal sharing ide sehingga bisa membangun bangsa ke arah yang lebih baik.Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pedasnya Cabai, Sepedas Harganya dan Antisipasi Lonjakan Harga!

19 Januari 2017   10:51 Diperbarui: 19 Januari 2017   11:06 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar di ambil dari: http://suppliersayurbuahsurabaya.blogspot.co.id/

Komoditi Cabai masih tetap primadona bagi bangsa Indonesia sebagai jenis sayuran favorit. Tak tanggung-tanggung, hingga harganya pun terkadang melonjak tajam hingga bisa mencapai Rp. 100.000,00 per kilonya. Memang menarik untuk disimak, budidaya cabagi sangatlah menjanjikan,tapi disaat harganya melonjak tajam rasanya bikin  hati ngilu juga. Disisi lain, hal ini bisa menjadi inspirasi dan pelecut semangat para petani lokal untuk menjadi raja di negeri sendiri, namun di lain pihak bagaimana rakyat lainnya yang notabene sebagai konsumen cabai,  untuk konsumsi rumah tangga  dan skala rumahan yang paling banyak kena imbasnya karena sangat tergantung pada pasokan buah cabai. 

Coba lihat dalam kehidupan sehari-hari,  harga cabai naik, maka harga bakso karena ada saos dan sambal cabainya,makan di warteg harga pun ikut naik karena bumbu-bumbu sebagian besar pakai cabai, belum lagi  harga saos olahan yang ikut merangkat baik. Begitu juga temannya si cabai yang ikutan naik pula harganya seperti tomat, bawang merah, bawang putih, dan lain sebagainya. Harus bagaimana ini?

Produksi cabai di mulai dari tahap di hulu yang digawangi para petani cabai. Setelah panen, baru diangkut petani ke pasar, baik oleh pribadi petani itu sendiri maupun oleh distributor cabai (tengkulak, pengumpul, koperasi pertanian, agen) hingga sampailah di tangan konsumen setelah terjadi proses jual beli di pasar. Harga dasar cabai hingga ke tangan konsumen mengalami kenaikan sejalan dengan adanya nilai usaha tani termasuk biaya tambahan (pengepakan dan pengangkutan menggunakan angkutan/mobil pengangkut). Hal ini masih dipengaruhi oleh musim paceklik (musim hujan) bagi para petani cabai sebenarnya ancaman yang nyata, karen cabai sebagai tanaman sukulent (kandungan airnya banyak) sangat peka terhadap kondisi cuaca (curah hujan tinggi) karen tanaman cabai tidak resisten terhadap serangan bakteri, virus maupun jamur. Namun yang jadi masalah, lonjakan harga cabai terus terjadi selama 10 tahun terakhir ini, akibatnya sangat mempengaruhi ekonomi rakyat secara makro.

Nah, butuhnya pengawasan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk menstabilkan harga cabai dari musim ke musim sangatlah perlu. Intinya, saat musim paceklik (musim hujan), diusahkan pasokan cabai tetap dalam kondisi stabil, sehingga kekuatan pasar tidak sepenuhnya bisa mendominasi harga cabai sehingga tidak terjadi lagi harga cabai yang melaju tak kendali hampir menyamai harga daging sapi/kerbau. 

Dan bila petani cabai bisa bersuka cita dengan melonjaknya harga cabai yang dia panen, apalah artinya juga bila mereka pun saat beli beras, minyak kelapa, telur, bawang dan tomat  serta barang-barang kebutuhan lainnya sama-sama ikut-ikut naik. Inilah yang terjadi dalam ekonomi makro. Apalagi lagi yang dirasakan oleh konsumen cabai yang sebagian besar adalah para ibu rumah tangga dan pelaku industri rumahan (home industri). 

10% petani cabai girang karena harga emas cabai yang saat ini menjadi primadona negeri ini, namun 90% konsumen rumah tangga yang ikut merasakan dampaknya termasuk para petani cabai sendiri, dimana harga-harga komoditas komplementer lainnya seperti tentu saja tomat, bawang merah, bawang putih dan lain sebagainya ikut naik pula.

Peran serta para pemulia cabai dalam hal ini Depertemen Pertanian dan Institusi terkait  (Universitas dan Lembaga Penelitian)   sangat diperlukan dalam rangka merakit kultivar/variates cabai yang tahan penyakit serta resisten terhadap perubahan musim sehingga bisa mendukung ketersediaan pasokan cabai khususnya di dalam negeri. Semoga ke depannya, para petani kita masih berjaya dengan gairahnya sebagai salah satu pelaku penggerak ekonomi negara khususnya dalam bidang budidaya cabai sang primadona.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun