Mohon tunggu...
Dedeh Menulis
Dedeh Menulis Mohon Tunggu... -

Narsis salah satu bentuk bersyukur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wujud Cintamu 10

25 Januari 2015   17:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:24 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum dirimu berangkat kerja, diriku minta izin untuk pergi ke kota, karena ingin membeli beberapa buku dan beberapa potong kain dengan perlengkapan menjahit. Seperti biasa dirimu keberatan, tapi sekali ini diriku minta di izinkan dengan berangkat sendiri. Dari dulu ketika anak-anak, remaja, sampai sudah menikah sekarang pun tidak pernah pergi belanja sendiri, sekarang diriku ingin mampu sendiri, ingin bisa seperti orang lain, mengucap “bismillahirrohmanirrohim”, sangat ikhlas dari sanubari yang dalam, diawali dengan membeli beberapa buku kemudian mencari beberapa potong kain katun bermotif dan perlengkapan menjahit. Sepanjang jalan diriku memberi tanda toko-toko yang dapat disinggahi suatu hari. Setelah selesai langsung pulang, ternyata lelah juga ke pasar, mungkin karena diriku sedang berbadan dua. Rumah kosong, mamih tidak ada ketika diriku pulang, mungkin pergi mengaji atau berkunjung ke rumah anak-anaknya. Mamih memiliki anak delapan orang, selang-sekar kata orang sunda. Yang pertama perempuan, kemudian dirimu,perempuan lagi, terus laki-laki, perempuan lagi, dan seterusnya sampai semuanya delapan orang, keluarga besar. Diriku senang kalau mereka berkunjung, rumah menjadi ramai dan ceria. Ketika diriku akan masuk kamar, melihat kendaraan yang membawa mamih masuk halaman rumah, pintu mobil di buka, mamih turun dengan beberapa kantong kecil, aku melihatnya dari dalam, depan kamar tidurku. Tidak lama sopir membuka bagasi dan menurunkan beberapa kantong besar, entah apa isinya. Satu- persatu barang di bawa ke dalam oleh sopir, sepertinya berat. Aku perlahan masuk kamar, merebahkan badan. Terpikir olehku mungkin mamih mengikutiku ke pasar. Tapi biarlah, diriku ingin istirahat sekarang. Diriku bersyukur mulai mampu melakukannya sendiri ke pasar dan menjahit beberapa potong baju. Mulanya menjahit dengan ukuran badanku, L dan XL kemudian ku undang beberapa teman datang ke rumah untuk mempromosikan baju- baju yang diriku jahit. Alhamdulillah mereka menyambut gembira, tentu senang sekali. Ini afresiasiku, mulailah diriku berani menjahit lebih banyak. Diriku mulai membuat program kerja dan membuat rencana lebih matang. Pesanan baju mulai meningkat, ternyata teman-teman membawa saudaranya, teman-temannya, tidak sengaja mereka mengenalkan produk-produk hasil kerjaku. Alhamdulillah, pakaian yang diriku jahit mulai ramai dipake orang. Memang belum banyak, tetapi sudah ada yang mulai fanatik dan ini menjadi asset untuk diriku. Maka diriku mulai merencanakan untuk merekrut pegawai dan mencari ruang kerja sendiri. Alhamdulillah dirimu memberi izin, dengan dukungan dan doa bersama usaha rumah yang diriku kelola mulai berkembang, sangat bersyukur pada Illahi keberanian diriku mulai mendatangkan hasil. Sekarang tidak lagi pergi ke pasar untuk membeli kain, perlengkapan menjahit, cukup telfon semua kain, dan keperluan yang diperlukan di kirim, ada pegawai toko langganan atau dari distributor melalui supliernya yang mengorder, mengirim barang ke tempat kerja diriku. Dirimu membuatkan bangunan kecil dua lantai, ukuran 10x10 meter, dilengkapi beberapa mesin jahit dan obras, pelubang kancing dan ruang setrika. Alhamdulillah, subhanalloh, Nikmat yang Engkau berikan pada diriku dan keluarga. Semoga berkah. Sore ini mamih mengundang pengajian untuk mengadakan tasyakuran, selamatan bangunan baru untuk usaha diriku. Semoga mengangkat derajat dan menjadi lahan ibadah baru kami, aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun