Mohon tunggu...
Dedeh Rohilah Azhari
Dedeh Rohilah Azhari Mohon Tunggu... Guru - Menulis menjadi awet muda

work hard for better life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Be An Authoritative Teachers

14 Agustus 2021   11:39 Diperbarui: 14 Agustus 2021   11:50 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita mendengar pertanyaan, siapakah guru favorite kita waktu sekolah? Jawabannya mungkin akan sangat beragam dan subjektif. Tetapi jauh dilubuk hati kita pasti ada jawaban yang hampir sama, yakni guru yang mencintai muridnya. Namun mendeskripsikan 'Cinta" guru terhadap muridnya yang tidak akan pernah menemukan rangkaian kata yang pas untuk semua orang. Menjadi guru yang di cintai muridnya adalah dambaan semua orang yang telah mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang guru.  Namun bukan berarti harus menghalalkan segala cara untuk hanya sekedar  mendapat label guru favorit yang dicintai muridnya  di sekolah tempat ia mengajar.

Menjadi guru adalah sebuah pilihan, bukan alternatif pekerjaan - karena tidak ada lagi pilihan daripada menganggur lebih baik menjadi guru-. Guru adalah sebuah profesi sama halnya dengan menjadi dokter, insinyur, manager atau pekerjaan professional lainnya. Merujuk kepada Undang-undang tentang guru dan dosen dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sedangakn profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang layak yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dan kata pofesional dalam bahasa Inggris adalah akar kata dari profess yang berarti panggilan dari Tuhan, maka ketika seseorang  telah memutuskan untuk menjadi seorang guru maka guru tersebut  harus siap untuk menjadi guru profesional, karena itu merupakan sebuah panggilan Tuhan, guru harus all out at all risk. 

Tantangan menjadi guru saat ini tidaklah mudah. Kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi sangat mempengaruhi pola pikir semua orang, kadang hampir menafikan pentingnya sosok dan kehadiran seorang guru, karena merasa semua pengetahuan  sudah tersedia dan dapat diakses tanpa kehadiran guru kapanpun dan dimanapun. Padahal setinggi dan secanggih apapun teknologi, tidak akan pernah mampu menggantikan 'sentuhan' dan kehadiran guru. Namun kehadiran guru yang seperti apa yang mampu membuat anak merasa guru itu hadir dan ada untuknya. Guru adalah orang tua ketika anak berada di sekolah, dan bertanggung jawab pada pendidikan dan pembentukan karakternya. Membentuk karakter anak, bukanlah pekerjaan yang mudah, dibutuhkan keterampilan dan kemauan keras dari seorang guru.

Menerapkan gaya guru otoriter (authoritarian) yang mengedepankan banyak perintah dan ancaman tetapi sangat sedikit memberikan alasan dan penjelasan tidak akan membuat pembelajaran berhasil bahkan mungkin akan mengakibatkan hal buruk pada perkembangan psikis murid. Dan menjadi guru permisif atau serba membolehkan (permissive) dengan dalih akan disenangi anak membuat mereka  menjadi pribadi yang tidak memiliki tanggung jawab bukanlah sebuah pilihan bijak. Maka  menjadi guru yang berwibawa (authoritative) yakni gaya guru yang menggabungkan rasa keadilan dan cinta, tidak hanya sekedar memberikan perintah atau larangan tanpa memberikan alasan dan penjelasan adalah sebuah pilihan yang terbaik. Dan yang paling mendasar adalah mencintai pekerjaan itu sendiri, sehingga kita sebagai pendidik mampu mencintai anak tanpa syarat ( unconditional love), mencintai mereka bukan karena kecerdasannya, prestasinya, ketampanannya, kekayaan orang tuanya, tetapi mencintai mereka karena anak adalah titipan Ilahi yang dititipkan kepada kita untuk dididik dengan baik dan penuh tanggung jawab. Wallahu 'alam.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun