Siapa pun yang membaca judul tersebut di atas mungkin akan berkata “ah yang bener?!”. Barangkali teman-teman Kompasianer pun merasakan hal yang sama. Tapi tunggu dulu, dalam artikel ini saya akan berbagi pengalaman. Saya berani jamin bahwa apa yang saya tulis adalah pengalaman benar dan jujur. Penasaran, bagaimana ceritanya? Untuk itu baca terus sampai selesai yah… :D
***
Jadi.. jujur saja, saya adalah pendatang baru di Jakarta. Kurang lebih baru satu bulanan saya tinggal di Jakarta. Sebagai pendatang baru, tentu belum mengerti banyak hal apalagi hafal rute jalan... Terlebih kota Jakarta ini setiap harinya selalu macet, terutama di jam pergi-pulang kerja. Saya pikir, sampai kapan akan terus begini? Oke balik lagi ke pembahasan kita yah…
Hari itu hari Senin. Tepatnya tanggal 23 Maret 2015 saya dan istri akan pergi ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Maklumlah sebagai pengantin baru, selalu ingin berduaan terus.. :D Istri kebetulan suka sekali dengan jalan-jalan. Istilah keren orang zaman sekarang menyebutnya dengan traveling.
Malam hari sebelum pagi berangkat ke TMII, kita sudah mempersiapkan apa saja bekal dan perlengkapan yang akan dibawa besok pagi. Hal yang wajib kita bawa pertama jelas power bank. Siapa yang tidak kenal dengan benda satu ini. Kemudian smartphone buat foto selfie dan foto-foto. Seperangkat makanan lengkap dengan air mineral botol ukuran super besar, yang jelas bukan galon yah :D Dan jangan lupa jaket dengan jas hujan mengingat masih musim hujan.
Hari yang ditunggu pun akhirnya tiba. Kita berangkat menggunakan motor berdua ke TMII. Guna menghindari macetnya Jakarta, sengaja kita pergi pagi sekali jam 6-an. Padahal, wahana TMII saja baru buka jam 9 pagi.
Untuk petunjuk jalan saya biasa menggunakan Apple Map, meskipun OS-nya jadul akan tetapi masih dapat diandalkan. Dibantu istri memegang smartphone membonceng di belakang. Sepanjang perjalanan itulah istri mengarahkan kalau ada belokan atau pilihan harus jalan lurus. Karena tidak mungkin juga sepanjang jalan terus gunakan GPS. Dalam bahasa kami, GPS adalah singkatan dari (Gunakan Penduduk Setempat) :D Tentu maksudnya di sini adalah bertanya kepada orang sekitar.
Tanpa bermaksud membandingkan perangkat gadget, bagi teman-teman Kompasianer yang suka menggunakan Google Map lebih nyaman lagi. Di lain hari saya pernah coba Google Map memiliki fitur voice, terlebih sudah mendukung Bahasa Indonesia. Jadi, jika kita akan berpergian ke mana dan dari mana, tentukan saja rutenya dulu, pasang earphone ke telinga dan masukan smartphone ke jaket. Itu lebih safety. Maka setiap rute yang dilalui jika ada belokan kanan sekitar 200 meter lagi akan terdengar suara merdu wanita :) kurang lebih seperti ini. “200 meter silakan belok kanan”. Selanjutnya hingga sampai tujuan kita ikuti saja Google Map mendikte.
[caption id="attachment_375621" align="aligncenter" width="600" caption="Tampilan layar smartphone Apple Map dengan rute dari rumah ke TMII lumayan jauh sepanjang 27 Km"][/caption]
Udara pagi nan sejuk dan segar perlahan mulai kami rasakan berdua setibanya di pintu gerbang masuk utama TMII. Jarum jam di tangan menunjukkan pukul 08.30-an. Dengan jarak kurang lebih 27 Km kami baru sampai TMII. Mengingat masih pagi dan wahana belum buka, tampak hanya beberapa orang saja di area parkir. Di pintu masuk hanya membayar Rp 10.000/ orang dan Rp 6000 untuk kendaraan motor. Loh mas, katanya Rp Rp 5000 bisa keliling Indonesia. Mana, apa hubungannya dengan ke TMII? Harap tenang dan sabar cerita saya belum selesai … :)
Perlahan pengunjung mulai berdatangan. Ada yang menggunakan bus pariwisata, ada yang menggunakan motor seperti kami berdua ada juga yang menggunakan mobil pribadi. Bagi yang tidak memiliki kendaraan jangan berkecil hati, jika rumahnya dekat bisa menggunakan sepeda goes sekalian olah raga biar sehat. Kalau tahun kemarin adik saya dan ponakan katanya ke TMII menggunakan moda transportasi umum Trans Jakarta juga bisa loh…. So, masih banyak jalan menuju TMII bukan?