Mohon tunggu...
Dede Ahmad Ramdhan
Dede Ahmad Ramdhan Mohon Tunggu... Freelancer - RA94

Punten Numpang Nulis

Selanjutnya

Tutup

Balap Pilihan

F1 2025, Kontroversi Aturan Larangan Kritik FIA

25 Januari 2025   07:00 Diperbarui: 25 Januari 2025   04:21 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
M Bin Sulayem dan Max Verstappen (Sumber:thegodflores.es)

Presiden FIA, Mohammed Bin Sulayem mendapatkan kritisi keras akhir-akhir ini setelah mengeluarkan aturan baru pada Kode Olahraga Internasional (ISC). Perubahan ini menetapkan hukuman ketat bagi pembalap yang terlibat dalam perilaku buruk, seperti menghina anggota FIA, mengkritik badan pengatur motorsport, atau membuat komentar yang merendahkan citra FIA. Pedoman yang telah direvisi ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan konsistensi dalam keputusan FIA, namun telah memicu reaksi keras dari pembalap dan penggemar, khususnya di dunia Formula 1.

Pembatasan Kritik

Cek berat badan Lewis hamilton (Sumber:autosport.com)
Cek berat badan Lewis hamilton (Sumber:autosport.com)

Perubahan dalam Kode Olahraga Internasional (ISC) ini memperkenalkan sanksi spesifik bagi pembalap yang terlibat dalam perilaku yang merugikan reputasi FIA, seperti penggunaan bahasa ofensif atau hasutan kekerasan. Pedoman baru ini mengharapkan untuk mengurangi ketidakjelasan dalam pengenaan hukuman yang sebelumnya menjadi sorotan, terutama dalam kasus-kasus terkait makian dan komentar yang menyinggung

Menurut aturan baru, pembalap yang terlibat dalam perilaku merugikan FIA dapat dikenakan denda yang semakin besar, serta hukuman berupa larangan balapan jika pelanggaran dilakukan berulang kali. Sebagai contoh, pelanggaran pertama dapat dikenakan denda hingga €40.000 (Rp. 680Jt) pelanggaran kedua menjadi €80.000 (Rp.1,3M), dan pelanggaran ketiga dapat mencapai €120.000 (Rp.2M), disertai dengan suspensi balapan dan pengurangan poin kejuaraan. Denda untuk perilaku buruk, termasuk makian, dapat berlanjut selama dua tahun. Sekilas aturan ini memang terlihat ok, namun dalam konsisi yang super kompetitif seperti F1 kritik-kritik terhadap wasit (FIA) bisa menjadi masalah. Segala kritik bisa dianggap sebagai perilaku yang merendahkan FIA, sehingga Driver akan takut untuk menggeluarkan pendapat pribadi masing-masing. 

Perang Dingin Driver dan FIA

George Russle (kepala GPDA) dan M Bin Sulayem (Presiden FIA) (Sumber: Paulo Maria / DPPI )
George Russle (kepala GPDA) dan M Bin Sulayem (Presiden FIA) (Sumber: Paulo Maria / DPPI )

Pedoman baru ini memicu kritik tajam, terutama dari Asosiasi Pembalap Grand Prix (GPDA) yang menyoroti ketidakjelasan definisi "perilaku buruk". Apa yang dianggap ofensif oleh satu pihak bisa jadi tidak dianggap demikian oleh pihak lain, sehingga menciptakan kebingungan. Banyak pihak juga berpendapat bahwa perubahan ini menunjukkan pendekatan otoriter oleh FIA di bawah kepemimpinan Bin Sulayem, yang membatasi kebebasan berbicara para pembalap dan mengurangi ruang ekspresi individuial. Terlebih setelah pernyataan dari GPDA pada akhir 2024 keamrin yang menuntut komunikasi yang lebih jelas dan perlakuan yang lebih adil dan pernyataan tentang denda finansial yang dianggap tidak sesuai dengan F1 dan transparansi penyaluran uang denda yang menjadi sorotan utama.

Mohammed Bin Sulayem menegaskan bahwa tujuan utama perubahan adalah untuk menciptakan konsistensi dan transparansi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan FIA. Selama ini, FIA sering kali mendapat kritik atas inkonsistensi dalam memberikan hukuman, seperti pada kasus Max Verstappen yang dikenakan denda di Singapura sedangkan Charles Leclerc menerima hukuman lebih ringan di Meksiko dengan pelanggaran yang serupa. Bin Sulayem berpendapat bahwa pedoman baru ini akan mencegah ketidakkonsistenan yang sama kedepannya.

RA94

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun