Mohon tunggu...
Dede Ahmad Ramdhan
Dede Ahmad Ramdhan Mohon Tunggu... Freelancer - RA94

Punten Numpang Nulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata itu Tertutup

10 November 2022   16:10 Diperbarui: 10 November 2022   16:15 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
These empty nights by Vidom (deviantart.com/vidom)

Jam 12 malam, mata tidak kunjung kantuk.
Pikiran di awang-awang membeleduk
Melihat nasib dan pilihan yang tidak juga terbentuk
Apa aku terkutuk?

Parah apa-apa selalu ditunjuk
Kepala mereka hanya bisa mengangguk
Tubuh gatal tidak bisa digaruk
Muak! ingin mengamuk

Mata terbangun cahaya silau memantul
Sisi lain itu terus kembali muncul, jaga perasaan jaga pikirna dia mulai datang
Harus apa? Harus bagaimana? Tubuh terkejang, Jiwa raga menantang
Sial! apa nyawa ini siap melayang?

Dalam genangan perasaan aku berenang
Ingatan dan kenangan dulu berdatangan
Amarah bahagia sudah jadi khayalan.
Pasrah hadapi kenyataan

Adzan berkumandang
Para jamaah sudah mulai datang
Aku duduk dibarisan paling belakang
Ada yang aneh dari susunan barisan
Mereka hanya berdiri rapat-rapih mengangkat tangan


RA94

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun