Aku bangun, cahaya silau membakar mata merah yang masih mengantuk. Tidak semua hal harus ada penjelasannya pikir ku, pada akhirnya mungkin saja itu hanya sebuah kebetulan. Apa yang terjadi semalam sama seperti malam-malam lainnya. Luka di tangan ini jadi pengingat, pada akhirnya tidak ada yang bisa dipercaya.Â
Tangan ini penuh cerita, tangan ini jadi saksi kejadian yang sudah dilupa. Entah kenapa ada yang beda dari matahari di pagi ini, atau munkin saja matahari itu sama seperti pagi-pagi sebelumnya hanya pikirian aku saja yang berbeda.
Memilkirkan hal-hal yang tidak guna memang tidak ada duanya. Di luar orang-orang mulai berpergian sana-kemari, entah apa urusan yang mereka punya, nampaknya penting tidak bisa mereka lupa. Kopi atau teh? di saat-saat seperti ini memang sepertinya enak. Apalagi setelah mandi air dingin, tubuh hangat diguyur air es pegunungan.Â
Sehat kata orang-orang dahulu, tapi belum tentu juga. Badan menggigil, godaan selimut dan kasur empuk harus dihadapi Kehangatan dan kelembutan sementara ditahan demi cita-cita. Tidak sadar air ini sudah matang juga.Â
Memikirkan hal-hal aneh memang jadi aktivitas pambuang waktu yang cukup efektif. Pilih kopi atau teh, mau dikasih manis atau tawar, terkadang terpikir enak juga manusia, banyak pilihan bingung dengan pilihan, memilih bukan karena kebutuhan tapi sebab ego dan pendapat orang lain.Â
Untuk memuaskan orang lain, bukan itu sebab kita diciptakan? Seperti gorang pisang yang sebentar lagi akan dicerna mulut dan perutku ini, dibuat untuk dinikmati makhluk lain....
RA94
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H