Jalan setapak, rumput-rumput memandang, batu kerikil ditendang-tendang
Nyanyian burung walet di angkasa, melesat diantara awan merah sang pencipta
Jembatan ini dulunya pohon kelapa,berbuah dinikmati petani yang haus dahaga
Sekarang mati diatas sungai hitam putih tandus dari peristiwa yang dihapus
Impian manusia melihat dunia tak sanggup dirinya menerima lautan emas memisahkan segalanya
Berlayar dilautan lepas terkail pada yang lurus, di atas cangkir yang mengendus
Kaki-kaki suci itu berkeliaran,putih menutupi warna-warni yang berhamburan
Hitam menikmati, di bawah semua kejadian yang terjadi
Kelopak mata ini menghitam di atas mata yang memerah, di dalam otak yang tenggelam di samping telinga yang berdarah
Di depan mulut terdiam berkata-kata tapi KATA KATA KATA KATA KATA KATA NYATA KATANYA KATA KATA KATA Â KATA KATANYA KATA liar muncul entah dari mana, menyebar kemana-mana
Tangan-tangan tidak bertuan melayang hanya bisa mengikuti tanpa akal pikiran