Ketika Kami Memilih untuk Tetap Menghirup Udara Kota.
Bagi kami kaum nomaden yang nasib hidupnya ditentukan oleh arah jarum jam. Denyut kami seperti tak pernah berhenti 24 jam untuk tetap bekerja. Ketika "kemiskinan" menjadi lagu merdu sejak lama dalam hidup. Kami sering berontak melawan nasib, dengan tertawa salah satunya.
Bagi kami yang nasibnya ditolong oleh tuan, kami menaruh salut dan hormat.
Tidak mudah memang untuk tetap mengurus harapan, tapi kami tidak akan layu, kami akan tetap riang.
Tulisan yang hanya menghabiskan satu judul lagu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI