2022 akan segera berakhir, meskipun tahun 2022 tidak sesempurna yang kita inginkan, tapi slalu ada pembelajaran penting yang bisa kita ambil. Buat saya pribadi, tahun 2022 mengajarkan saya untuk bisa mengelola ekspektasi. Ya buat orang yang cukup ambisius saya berharap besar 2022 ini menjadi tahun meraih impian-impian baru, tapi kenyataan berkata lain, problem baru bermunculan, mulai dari keuangan, sampai kesehatan. Bahkan saat menulis ini pun saya sedang isoman dikamar karena penyakit iritasi kulit aneh yang saya derita, membuat kulit saya bercak-bercak seperti cacar air.
Rencana liburan bareng dengan keluarga pun menjadi batal, anak-anakpun harus berjauhan karena kauatir akan terpapar, dan besar kemungkinan sampai dengan awal tahun baru saya masih status isoman. Ya, 2022 memiliki warna yang berbeda, warna yang mengejutkan.
Butuh waktu untuk berdamai dengan kondisi yang tidak mudah, merelakan beberapa mimpi harus tertunda, dan semua kejadian 2022 menjadi catatan penting untuk bekal di 2023. Kini saya berharap 2023 menjadi terbaik untuk memulai kembali impian-impian yang sempat redup. Merangkai kembali pondasi ekonomi rumah tangga yang sempat carut marut, dan menyusun ulang prioritas, bahwa keluarga menjadi yang utama.
Ditengah isu tahun gelap, saya masih optimis bahwa 2023 merupakan tahun untuk bangkit, ada serpihan asa yang kini menggepul tinggi, saya yakin kita akan baik-baik saja. Menjaga asa ini memang tidak gampang, apalagi berseliweran di media sosial mengenai berbagai berita negatif mengenai 2023, tapi inilah tugas kita, kita lah yang harus menyalakan bara diri kita.
Ada banyak impian yang ingin saya raih, ada banyak rencana yang ingin saya lakukan, saya tetap ambisius.
Tapi saya harus bersiap untuk Berdamai dengan ekspektasi.
Jaga terus semangat dan optimisme kita, karena itulah yang menjadi modal penting untuk menyambut 2022.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H