Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mah, Aku Kangen

22 Desember 2021   19:32 Diperbarui: 22 Desember 2021   19:34 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Telfon Ibu kalian, ucapkan selamat Hari Ibu.." 
Ucapan sederhana yang keluar dari bos kami siang tadi ketika menjamu kami makan siang setelah meeting hari ini.
Dan entah hati ini sedang "Baper" atau memang kalimat itu begitu 'tajam', hati inipun langsung tersentak

Ini adalah 3 tahun Ibu meninggalkan kami, tahun ke-3 dimana tidak ada seorang Ibu bisa kami peluk dan menangis bersama.

Saya dan istri bernasib sama, kami sudah tidak memiliki orang tua, baik Ayah maupun Ibu. Saya malah sudah ditinggal Ayah sejak usia belum genap 8 tahun. Jujur, kami sangat merindukan figur Ibu. Ada kekosongan yang kami rasakan dalam hari-hari kami.
Dulu, Ibu adalah tempat saya mengadu, baik itu masalah keluarga, hubungan dengan istri sampai dengan keputusan-keputusan penting terkait pekerjaan, Ibu selalu saya libatkan. Meskipun Ibu tidak sekolah, tidak memiliki pengalaman bekerja kantoran, dan sering sekali jawabannya dikembalikan kepada saya, "Mamah dukung apapun keputusanmu nak.." tetapi kalimat itulah yang menjadi penenang saya. 

Restu Ibu menjadi kunci perjalanan hidup saya, merangkak dari bawah hingga mendapat kepercayaan seperti ini.
Ibu selalu ada dalam setiap kebimbangan saya, Ibu menemani dan memberikan semangat untuk percaya akan naluri hati.

Jangan pernah abaikan Ibumu, jangan pernah sia-siakan dan nomorduakan Ibumu demi alasan apapun.
Hargai dan hormati Ibumu, karena jika mata Ibumu sudah tertutup rapat, maka hilanglah satu keberkahan disisi Allah, yaitu Doa seorang Ibu.


Tidak tergambarkan perasaan ini ketika memanggil kembali memori ketika Ibu masih dengan kami.
Air mata tidak terbendung ketika kata demi katanya kembali teringat dalam benak ini.

Ya Allah, jaga Ibu saya, jaga Ia dan tempatkan Ia di tempat paling mulia disisi mu ya rab..
Ya Allah, sampaikan betapa tangan ini ingin memeluknya
Tolong sampaikan pada Ibu saya.. "Mah, Aku kangen.."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun