"Wow tidak terasa sudah tanggal 20 September, rasanya koq cepat sekali ya waktu.." ucap teman kantor ketika membuka laptopnya pagi ini..
"Asyik bentar lagi gajian dong, ingat yaa bayar utang" teman ku yang lain menimpali
Yaa, waktu terasa begitu cepat, bahkan ketika aktivitas kita terbelenggu oleh pandemi.
Meskipun kita dirumah aja, atau bekerja paruh waktu, waktu rasanya koq ya cepat berlalu yaa..Â
Lantas, ketika kita menilik kedalam, melihat ke diri kita, tersadarkan usia kita yang semakin bertambah.
Bayangan 10 tahun dan hari ini, sebesar apa perubahan yang terjadi? Atau maaf, kita gini-gini aja?
Saya memiliki 3 putra, dan sering dikejutkan dengan pertumbuhan anak-anak saya, khususnya Satrio, anak pertama saya. Ketika ngobrol dengan gurunya di sekolah atau ustadzah sebagai guru ngajinya, membahas perilaku dan adab anak saya, ternyata anak saya sudah masuk kategori remaja, dimana saya sering memperlakukan anak ini sebagai anak kecil ketika di rumah... oh ternyata anak saya sudah besar yaa..rasanya seperti kemarin anak ini hadir di dunia..Â
Waktu adalah statis, waktu bersifat tetap dan sama, yaitu 24 jam sehari, 1440 menit dalam 1 hari, 86400 detik dalam 1 hari.
Waktu tidak pernah kurang, sama untuk kita, sama untuk presiden dan sama untuk semua bangsa.Â
Lalu, mengapa rasanya kita tertinggal oleh waktu? lalu mengapa rasanya usia ini menua lebih cepat? kenapa kita merasa gini-gini aja?
Mungkin jawabannya, karena kita terlena oleh keadaan, kita tidak memanfaatkan waktu yang ada, dan ketika kita sampai di batas tertentu (usia yang tidak lagi muda) kita menyalahkan waktu yang cepat berlalu.Â
Ini pengingat diri, untuk belajar memanfaatkan waktu, untuk bisa belajar hal baru, sehingga di batas waktu nanti kita merasa lebih berguna
Salam,
@deddywijaya57
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H