Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Punya Supaya Sama

11 Maret 2021   20:42 Diperbarui: 11 Maret 2021   20:51 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yuuk ah mumpung ada kebijakan bebas PPNBM..
Udah cukup DP 15 juta aja, proses 2 hari kerja unit langsung turun..

Bolak balik WA ini muncul di HP saya, seorang teman dekat yang berprofesi sebagai sales mobil bolak balik mencoba menggoyahkan hati saya.

"Hmm menarik sih mas, tapi kan bukan tentang DP nya, tapi tentang kewajiban tiap bulannya" bantah ku
"Kebijakan ini cuma sementara nih mas, nanti kalau sudah dicabut pemerintah nyesel lho, mumpung turun banyak nih, bisa turun maksimal 17 juta lho" beliau masih terus menggoyah saya, mungkin dia melihat memang saya ada ketertarikan..

"Nanti aku diskusikan dengan istriku deh mas.." aku coba menyudahi chat itu
"Ok mas, pasti boleh deh, supaya juga bisa samaan dengan tetangga mas yang lain.." balasnya

Kalimat terakhir ini rada menganggu ku, samaan..

Tapi ya mungin itu hanya sebagai bahasa persuasif supaya saya luluh

Iseng siang tadi sambil makan aku buka obrolan ini dengan istri, "kemarin mas yono WA ayah bun, dia nawarin paket mobil bebas PPNBM"
"Iya yah, bener tuh mobil lagi murah tau.." sahut istri ku.. "Ayahnya si B juga udah punya mobil sekarang ya, ayoo yah supaya samaan.." samber Satrio anak ku.

Koq biar samaan? tanyaku heran

Rupanya ada asumsi yang tercipta dibenak keluarga kami bahwa kami berbeda dengan yang lain, ya memang kami tidak memiliki mobil, hanya ada motor, tapi ya memang itu kenyataannya. Jikapun saya ingin membeli mobil bukan karena ingin samaan atau dianggap sama, tapi karena memang kebutuhan.

"Malu yah, kita kemana-mana naik motor, ribet tau yah kalau lagi pergi semua, harus bolak balik" samber Satrio lagi sambil tertunduk ngunyah ikan lele tapi mulutnya manyun-manyun. 

Hmm.. aku hanya bisa menarik nafas

Tolak ukur samaan ini cukup mengganggu seolah menjadi berbeda itu tidak baik.
Saya harus pelan-pelan memperbaiki cara berpikir keluarga saya termasuk saya, saya tidak mau terjebak dengan opini dan pendapat orang, dan belum tentu juga orang melihat hal yang sama, jangan-jangan hanya pikiran kita saja.

Gini ya nak, kita kan baru aja bebas dari leasing, baru juga sebulan cicilan motor selesai, masa sih mau ngutang lagi, pusing tau.. ledek ku
Jual dulu motornya nanti uangnya buat beli mobil, jadi ayah gak usah ngutang.. celotehnya

"Oh iyaa kok abang pinter yaa, mau warna apa nak?" Puji ku ke Satrio
"Putih ya, yang radionya bisa diajak ngomong ya yah, yang ada kaca di plafonnya.." sahut satrio penuh semangat

"Ok deh siap, yang pake remote apa yang ditarik tali.." tanya ku
"Lho koq.." Satrio keheranan
"Iya mobil-mobilan kan? Jual motor ayah cuma bisa buat beli mobil-mobilan lho, tenang ntar kita cari yang ukuran besar supaya bisa dinaikin sama-sama. Sekalian nanti kita tunjukan ke temen kamu kalau cuma kita lho yang punya mobil-mobilan keren, terus kita minta deh mereka samaan sama kita" 

"Ayahhhhhh..." jengkel Satrio

Biarlah dia jengkel, biarlah dia sebel karena ayahnya tidak memiliki yang ayah temannya miliki
Supaya dia tahu bahwa beda itu keren, beda itu asyik.

Tugas saya membenahi pola pikir anak saya yang mulai beranjak ABG, dan mulai pikiran yang lumayan kritis
Doakan ya teman-teman

Ngomong-ngomong, kayanya keren juga kalo ada mobil terparkir di garasi ya, kaya gambar diatas tuh

DW

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun