Mohon tunggu...
DW
DW Mohon Tunggu... Freelancer - Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Setiap Waktu adalah Proses Belajar, Semua Orang adalah Guru, Setiap Tempat adalah Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sekolah Itu Bernama Pekerjaan

20 Agustus 2018   14:07 Diperbarui: 20 Agustus 2018   14:40 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak pemahaman menarik jika kita ditanya apa makna "pekerjaan" menurut versi kita masing-masing. 

Mungkin beberapa akan menjawab bahwa pekerjaan adalah sebuah sarana untuk bekerja yang menghasilkan sejumlah rupiah yang bisa kita pakai untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi dan keluarga. Atau, pekerjaan adalah cara mengekspresikan diri, menantang ide, membangun jaringan, dan bersosialisaasi. Ataupun mendefinisikan pekerjaan sebagai ibadah, karena melalui pekerjaan yang kita lakukan kita bisa membantu orang lain, meskipun rupiah yang dibawa pulang tidak selalu ideal.

Saya pribadi memaknai pekerjaan adalah sebuah proses sekolah. Karena proses sekolah maka ada proses belajar, ada mata pelajaran baru setiap tahun, ada teori dan praktek. Lazimnya sekolah kita dipacu untuk bisa naik kelas setiap tahunnya, dan ditahun tertentu kita dinyatakan "lulus" dan meninggalkan sekolah. 

Layaknya sekolah, waktu yang kita habiskan di sekolah lebih lama daripada dirumah, terkadang ada ujian mendadak, atau PR yang harus dibawa pulang. Target kita disekolah adalah bisa menyelesaikan ujian nasional, naik kelas, dan dinyatakan lulus suatu saat nanti. Kita memaknai sekolah sebagai jembatan yang akan membawa kita ke masa depan yang lebih baik.

Dengan memaknai pekerjaan sebagai sekolah, maka kita dirangsang untuk selalu siap menerima tugas baru ketika naik kelas. Ukuran seorang murid pantas naik kelas atau tidak bukan semata karena "sudah waktunya naik kelas", tetapi bagaimana ia mampu menyelesaikan tugasnya. Penentuan untuk naik kelas menjadi hak prerogratif guru dan sekolah. Layak atau tidaknya dinilai dari banyak aspek, bukan semata kemampuan siswa menyerap pelajaran tetapi juga perilaku siswa itu sendiri.

Dan seperti layaknya sekolah, maka akan ada waktunya kita akan lulus. Predikat lulus menyatakan bahwa kita telah melalui sebuah proses, predikat lulus berarti kita telah siap mengarungi perjalanan baru yang lebih menantang. Meskipun ketika lulus bukan berarti kita sudah selesai, bahkan bisa dikatakan kita baru akan memulai.

Disadari atau tidak, cepat atau lambat semua dari kita akan meninggalkan perusahaan dimana kita bekerja saat ini. Kita akan pensiun, melanjutkan karir diperusahaan lain, atau membangun bisnis sendiri.

Dengan mencoba memahami pekerjaan adalah sekolah, maka kita dituntut untuk mempersiapkan diri, belajar untuk meng-upgrade kemampuan diri, mempelajari hal diluar yang biasa kita lakukan, karena kita tidak tahu suatu saat pengetahuan itu akan menolong kita. Dengan membangun kesadaran bahwa pekerjaan adalah sekolah, kita rela ditempa dan dibentuk, tugas baru yang diberikan akan memberikan kita skill baru yang berguna dimasa mendatang. 

Karena pada akhirnya kita semua harus berdiri diatas kaki kita sendiri, kita harus membangun brand diri kita sendiri, memperjuangkan nasib kita dan keluarga. Perusahaan hanya membantu kita mempersiapkan diri, perusahaan memberikan sarana untuk bertumbuh, apakah kita akan gunakan atau justru hanya duduk nyaman itu bukan lagi kontrol perusahaan tetapi itu sepenuhnya ada dikontrol kita.

Sudah banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari lingkungan sekitar kita, ketika seseorang lulus (pensiun) dari perusahaan, maka ia seperti pribadi yag kehilangan arah, dia tidak tahu apa yang dia harus lakukan dengan waktunya. Padahal dia berkuasa penuh atas waktunya 24 jam.

Selagi kita disekolah, maka serap semua ilmu yang ada, pelajari banyak hal baru, tingkatkan terus kemampuan diri, bukan berupaya menjadi yang terbaik (atau juara kelas), tetapi demi mempersiapkan diri ketika kita lulus dan untuk mampu berdiri diatas kaki kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun