Entah mengapa akhir-akhir ini para anggota DPR tak pernah luput dari sorot mata hampir seluruh rakyat Indonesia. Anggota dewan kini menjadi kotroversial bak artis infotaiment yang keberadannya diperdebatkan. Masalah demi masalah merundung anggota dewan yang duduk disenayan itu, baik itu hal khusus atau umum, pribadi atau golongan. Dan kini telah terbentuk pandangan masyarakat yang menilai buruk terhadap keberadaan DPR tersebut.
Anggota dewan yang kebanyakan berasal dari artis atupun pengusaha, sebagian besar mereka mempunyai side job untuk kejar setoran guna menambah pemasukan yang katanya gaji anggota dewan masih kecil menurut mereka. Ditambah juga kemampuan intelektual dan waktu mereka yang pas-pasan, membuat mereka tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai pengawas, legislasi dan bujet dalam bentuk RUU guna kamashalatan seluruh rakyat Indonesia secara maksimal.
Berawal dari kasus century, gedung DPR yang katanya miring, tidak terbukanya anggaran rumah dinas, murk up anggaran perjalan ke luar negeri, masalah absensi, pemilihan aklamasi Darmin Nasution sebagai Gubernur BI, ada satu hal yang menarik perhatian saya mengenai rencana pembangunan mall taman ria, didekat komplek gedung DPR tersebut, yang kini sedang gencar dilakukan lobi-lobi oleh pihak yang berkepentingan.
Lobi merupakan kemampuan wajib yang harus dimiliki para anggota dewan menurut sebagian besar dari mereka. Karena dengan lobi tersebut keputusan dan kebijakan dapat ditimbang-timbang guna memperhitungkan untung ruginya. Bentuk lobi dapat berupa materiil ataupun non materiil yang dilaksanakan baik dengan lisan maupaun tulisan, bahkan mulai dari bentuk formal sampai non formal, wajar dan bahkan tidak wajar. Dahsyatnya lobi hari ini dapat kita lihat hampir diseluruh keputusan dan kebijakan anggota dewan dalam menyelesaikan masalah yang hari ini tak kunjung usai, hanya berat di dramatisir seperti sinetron ditelevisi tanpa klimaks yang jelas atau sudah bisa ditebak.
Bumbu dramatisirpun sudah mulai diperlihatkan, anggota dewan dengan pemprov DKI melakukan penyegelan terhadap lokasi yang diperebutkan. Akan tetapi pihak PT Ariobimo selaku pengelola swasta tak terlihat tegang, mungkin mereka tahu ini sebuah prosedur kebiasaan. Toh setelah inilah merupakan tahap yang penting, yaitu lobi dan sampai dengan hasil akhir yang menguntungkan untuk kedua belah pihak yang bersengketa, bukan untuk rakyat.
Keputusan belum diambil oleh anggota dewan, pihak PT ariobimo yang dipimpin salah satu elit golkar, menuntut haknya berupa lokasi taman ria yang akan segera dibangun menjadi mall sudah sesuai dengan perjanjian pihak pengelola sebelumnya. Kekutan lobi kembali bermain disini apabila taman ria senayan yang merupakan aset negara lepas ke pihak swasta, ini merupakan pelanggaran konstitusi terhadap UUD dan UU, serta pelanggaran kebijakan yang tidak populis terhadap rakyat Indonesia umumnya dan warga sekitar pada khususnya. Apabila aset negara gagal dipertahankan, bisa kita nilai secara subyektif, mungkin memang mall taman ria dibangun atas lobi bersama, yang kedepannya akan dijadikan tempat lobi para elit anggota dewan tersebut yang kini sedang berdebat perihal setuju atau tidaknya taman ria dikelola oleh pihak swasta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H