Pagi ini adalah hari yang sangat intan tunggu. intan seorang gadis cantik anak pertama dari keluarga soeratman yang duduk di kelas 3 sma jurusan ipa sebuah sekolah negeri di pinggiran jakarta. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan ujian nasional yang baru saja di lakukan untuk menandakan berakhirnya pendidikan menengah atas yang telah di tempuh intan selama 3 tahun.
“bu, hari ini intan tidak ikut ke pasar ya “
“hari ini intan menunggu pengumuman kelulusan ujian nasional” ujar intan kepada ibunya.
“semoga kau lulus dengan nilai tinggi ya nak, biar tercapai cita citamu” jawab ibunya sambil mencium kening intan
Intan merupakan anak pertama dari keluarga soeratman. Pak Ratman begitu panggilan ayahnya, meninggal saat intan berusia 12 tahun dengan meninggalkan 3 orang anak yaitu Intan 17th, andik 15Th dan vega 12Th. sejak selesainya ujian nasional intan memang memiliki banyak waktu untuk membantu ibunya yang bekerja sebagai penjual tempe di pasar dekat rumahnya. namun karena pengumuman tahun ini berbeda. Sekolah akan mendatangi siswa yang tidak lulus saja. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak berkumpul di sekolah dan setelah pengumuman kelulusan mereka melakukan pawai dan corat coret baju dan tembok.
Jam demi jam di lalui sambil intan harap harap cemas menunggu. Meskipun hari ini hari yang sangat di tunggu tapi intan sangat ingin hari ini berlalu dengan cepat tanpa ada yang mengetuk pintu rumahnya dengan membawa surat dari SMA tempatnya bersekolah. Hari ini di laluinya dengan membaca buku dan menonton televise di dalam rumah, sampai tidak terasa mata intan terpejam sejenak sambil memegang buku yang sedang dibacanya.
“Assalamualaikum” suara terdengar dari luar pintu rumah intan
Tepat jam 13.00 wib di sela tidur siangnya intan di kagetkan dengan suara ketukan pintu rumahnya yang terbuat dari kayu.
“Assalamualaikum” ujar tamu tersebut mengulangi salam.
setelah mendengar ucapan salam tersebut intan tidak langsung berdiri menbuka pintu. Andik dan vega dua adiknya belum pulang dari sekolah dan ibunya pun masih ada di pasar.
“Assalamualaikum”
salam yang ketiga kalinya memaksa intan menghampiri pintu rumahnya dengan perasaan kalut. Sebelum dibukanya pintu rumahnya ,intan melihat dari balik gordyn siapa yang mengetuk pintu rumahnya.
“Pak Deddy… ya allah apakah begini nasib ku ya allah. Apakah aku harus menanggung nasib tidak lulus” gerutu perasaan intan di dalam hati.
Pak deddy adalah guru sekolah intan beliau mengajar pelajaran yang paling sulit sedunia. Begitu yang sering di pesankan pak deddy kepada semua siswanya. Alhasil seluruh kelas akan selalu kesulitan menerima pelajaran dari beliau. Namun tidak bagi intan. Dua tahun lamanya pak deddy mengajar fisika di kelas nya. Dan selama dua tahun itu pula beliau selalu memuji intan di depan para siswa mengatakan bahwa dia adalah siswanya yang paling pintar dan cantik.
“walaikumsalam ya pak, ada perlu apa ? ” jawab intan sambil membuka pintu tanpa mempersilahkan guru fisika nya masuk ke rumah.
“eh intan ada dirumah to”
“Begini intan pak deddy menyampaikan surat dari kepala sekolah”. jawab pak deddy
“hah surat?” Jawabku memotong penjelasan pak deddy.
“Lha jangan salah paham dulu”
“Gini surat ini bukan surat pemberitahuan tidak lulus, tapi surat undangan orangtua agar mereka besok bisa ke sekolah untuk menerima ucapan selamat” pak deddy melanjutkan penjelasannya .
”Ucapan selamat pak ?” jawab ku
” Iya Alhamdulillah kamu berhasil menjadi peraih nilai uan tertinggi di sekolah. Dan besok akan ada perayaan kecil di sekolah saat pembagian nilai uan”
“Alhamdulillah ya allah” ucapnya sambil sujud syukur di depan gurunya yang masih terus berdiri di depan rumah petak sewaan keluargaku.
Tanpa banyak omong diraihnya tangan gurunya dan dicium punggung tangannya seraya mengucapkan terimakasih patas bimbingannya selama ini.
. . . . .
Selepasnya dari pendidikan SMA intan di hadapkan pada keputusan yang sulit. Berbekal nilai uan yang tinggi sebenarnya banyak perguruan tinggi yang menawarinya program pendidikan berbiaya murah. Jurusan Bahasa Inggris sebenarnya menjadi program studi yang sangat intan idam idamkan, Namun karena masih memiliki dua orang adik yang masih duduk di bangku sekolah sepertinya keinginan itu harus di pendam dalam dalam dulu saat ini.
“kak gimana rencanamu selanjutnya. Apakah kamu masih mau sekolah ?”
ujar ibunya saat menemani intan menonton televisi serial india yang menceritakan legenda pewayangan.
“Ndak tahu bu?” jawabnya singkat.
“ kalo kamu ingin bekerja kemarin saat ibu berjualan di pasar ada yang nawari kamu bekerja lho” lanjut ibunya. “ oh ya bu. Dimana ? jadi apa ? kapan ?” jawab intan sambil mengalihkan perhatian pada pembicaraan dengan ibunya.
“kemarin bu kartika yang punya restoran steak di jakarta menawari kamu siapa tahu kamu mau jadi karyawannya dia” ,
“ pertamanya sih jadi pelayan sambil diajari berbagai macam tugas, nanti setelah kamu bisa semua baru kamu akan dijadikan kasir karena kemarin ibu ceritakan nilai uan mu tinggi”
“ kalo ibu sih pinginnya kamu kerja nak, bantu ibu untuk membiayai sekolah adik adikmu” jelas ibunya.
Mendengar ucapan ibunya intan diam membisu seolah ingin menyudahi pembicaraan antara mereka berdua. Malam itu menjadi malam yang meresahkan pikiran intan, Mencoba untuk memejamkan mata namun semakin di paksa terpejam semakin sulit untuk tertutup. Masih terngiang Percakapan tadi malam dengan ibunya yang membuat pikirannya semakin kacau.
Hari ini aktivitas pagi intan di mulai dengan membantu ibunya membawa jualannya menuju pasar untuk berjualan tempe. Sebanyak 50 bungkus besar tempe di bawa menggunakan keranjang besar yang di tempatkan di sisi sepedanya yang di kayuh menuju pasar yang terletak tak jauh dari rumahnya.
Hari ini beda dengan hari hari biasanya mereka berjualan, matahari sudah berada tepat di atas kepala namun tempe yang ada di lapak ibunya masih bersisa separuh dari pertama kali mereka membawa dari rumah.
“Biasanya sebelum jam menunjukkan pukul 12.00 wib dagangan ibu sudah habis tapi hari ini berbeda ternyata menjadi seorang pedagang sangatlah sulit” gerutu intan dalam hati.
Sambil menunggu pembeli tempe yang semakin siang semakin sedikit pengunjung pasar tempat mereka berjualan bahkan beberapa lapak penjual sudah tutup . di sela penantian mereka menunggu pembeli tampak seorang ibu cantik berjilbab mendatangi lapak mereka.
“assalamualaikum, koq masih banyak dagangannnya bu?” Tanya ibu berjilbab tadi.
“ walaikumsalam, koq siang bu iya nih masih ada separuh.”
“eh intan kenlkan ini bu kartika yang ibu kenalkan kemarin” Jawab ibunya .
“ini anak saya yang kemarin saya ceritakan, namanya intan” lanjut ibu mengenalkan intan.
“selamat ya intan kata ibumu kamu dapat nilai uan tertinggi di sekolah” kata sang ibu cantik berjilbab yang ternyata beliau adalah sosok ibu kartika yang mereka bicarakan kemarin.
“makasih bu” jawab intan singkat.
“ bagaimana bu apakah anaknya minat kerja di restoran steak milik ku ?” Tanya bu kartika mengingatkan topik yang pernah dibicarakan.
“saya mau bu bekerja di restoran ibu“ timpal intan memotong pembicaraan antara ibunya dengan bu kartika
“maafkan anak saya bu, kemarin sudah kami bicarakan namun intan sendiri yang menjawabnya”
“Alhamdulillah intan bersedia bu” lanjut ibunya
“ok kalo begitu besok mulai bekerja ya ini alamat nya, bu aku ambil semua tempenya deh” sambil menyodorkan kartu nama alamat restorannya berada ibu cantik berjilbab yang rapah pun meninggalkan mereka berdua dengan membawa tempe yang di beli dari ibu intan.
Selama perjalanan pulang intan dan ibunya tidak terlibat pembicaraan sepatah katapun, Ibunya pun tidak berani bertanya tentang perasaan intan Seolah dia tahu perasan anaknya yang kurang bahagia dengan keputusan yang diambil oleh intan . Dalam perjalanan menuju pulang di balik diamnya intan mengayuh sepedanya pikirannya terlihat sedang memikirkan banyak hal.
“peristiwa siang ini tadi mungkin adalah jawaban allah atas pertanyaanku apa yang harus ku ambil terhadap jalan hidupku”.
“Di mulai dengan belum habisnya dagangan kami, sampai kedatangan bu kartika dengan memborong tempe buatan ibu”.
“Maka kuatur hati dan pikiranku, kubulatkan tekat untuk bekerja membantu ibu dan menyekolahkan adik adikku dalam otakku biarkan aku tidak sekolah namun adikku harus tetap maju sekolah untuk kehormatan keluarga ku” gumam intan dalam hati selama perjalanan pulangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H