Mohon tunggu...
Dedi Riswanto
Dedi Riswanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hidup itu mengirup oksigen

Tidak ada sesuatupun yang lebih baik untuk dilakukan kecuali yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paksa Cecunguk Itu untuk Berpikir

29 Agustus 2019   12:48 Diperbarui: 29 Agustus 2019   17:10 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia mulai tak diminati lagi bukan karena usianya yang kian menua, tapi memang zaman dan masanya yang sudah berubah.

HmI yang pada masa awalnya adalah tempat dan sarangnya para pemikir yang peduli akan kepentingan ummat, kini sudah mulai berubah nenjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang ingin menjelma sebagai Tuhan untuk mencapai suatu tujuan yang sifatnya pribadi namun tak abadi.

Dia dulu adalah organisasi dengan Ideologi yang diharapkan mampu membawa manusia pada titik terbaik di puncak tertinggi kehidupan sebagai manusia yang kelak membuat peradaban dan generasi penerusnya menjadi abdi-abdi terbaik bagi negeri, kini telah berubah menjadi jalan masuknya bagi para penganut Ideologi kapitalisme yang mengharapkan Materi sebagai sebuah tujuan akhir kehidupan yang Hakiki.

Tak ada yang salah dengan Ideologi, tak ada yang salah dengan apa yang mereka sebut konstitusi, tak ada yang salah dalam sistem pengoperasian organisasi.

Hanya zaman dan masa saja yang telah berubah.

Di era digital, di era yang disebut oleh Presiden Indonesia Joko Widodo sebagai era Revolusi Industri, mahasiswa-mahasiswa baru di kampus-kampus elit sudah tak lagi membutuhkan penyengsaraan terhadap diri sendiri. Mereka sudah tak lagi membutuhkan makan bersama dari satu piring dengan orang-orang baru, minum dari satu gelas bersama sampai belasan bibir, entah bibir mana saja yang menyimpan penyakit, mereka tidak lagi membutuhkan kebersamaan yang dilakukan dengan cara konyol dan purba seperti itu.

Main Game bareng yang dikenal dengan istilah "mabar" lebih mereka hargai sebagai sebuah persahabatan, persaudaraan. Nongkrong di Cafe dengan hidangan Jus dan Lemon Tea lebih mereka maknai dengan kebersamaan, sampai poto bareng, ngerumpi bareng, dan saat susah tidak apa sendiri-sendiri mereka lebih nikmati.

Mereka, para anak baru di kampus dengan gengsi tinggi karena disebut dan dipanggil sebagai mahasiswa bagi mereka adalah suatu kebanggaan, dan mereka tidak akan pernah sadar bahwa sebutan "Cecunguk" dan "Kacung Kampus" lah nama yang sesuai untuk mereka sampai mereka benar-benar harus dipaksa masuk HmI.

Perlu kiranya bagi pengurus Cabang untuk mengadakan rapat bersama dengan pengurus Komisariat dalam hal ini demi berlanjutnya perkaderan di Himpunan ini. Pemaksaan, penjajahan dan aksi-aksi kolonialisme adalah jalan yang lebih tepat dilakukan saat ini untuk menyadarkan cecunguk-cecunguk itu, karena jika mereka dipersilahkan datang dengan cara baik-baik, maka proses hegemoni dalam Himpunan ini akan tetap berlanjut, dan itu tidak akan memperbaiki marwah HmI untuk masa yang akan datang, sehingga keterpurukan akan membuat pengurus Cabang lebih menderita daripada saat ini.

Yang selalu lebih penting bukanlah memperbanyak kader, tapi memperbanyak jumlah pemikir. 

Kader itu hanya nama saja, sebagai tanda bahwa mereka pernah mengikuti jenjang perkaderan di HmI, sedangkan pemikir adalah bukti bahwa ia adalah seorang kader lulusan HmI. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun