"Yah, kenapa aku harus menjadi gelandang?"
"Karena aku melihat kemampuanmu ada di sini."
"Padahal, aku ingin menjadi kiper."
"Kenapa begitu?"
"Karena tidak semua pemain langsung memilih posisi itu."
"Benar. Gigi Buffon juga awalnya bukan kiper."
"Itulah yang kuinginkan. Aku ingin melakukannya dari awal."
"Aku tidak ingin kau beranggapan menjadi kiper berarti porsi latihanmu berbeda. Mumpung kau masih muda, ikutlah berlari dan menggiring bola. Cobalah rasakan bagaimana kaki-kakimu sering menyentuh bola."
"Jadi, Ayah tetap akan memainkanku sebagai gelandang, besok?"
"Tentu saja."
"Kenapa Ayah tidak mau mendengar keluhanku?"
"Karena kau berusaha membatasi diri. Kau ingin menghindari apa yang dilakukan teman-temanmu, padahal kau harus ke sana terlebih dahulu."
"Aku tidak mengerti, Yah."
"Kau ingin menghindari latihan berlari, menggiring bola, dan menendang bola akurat."
*
"Yah, bagaimana perkembanganku?"
"Lumayan."
"Apa ada tantangan lagi, besok?"
"Tentu."
*
"Yah, bagaimana kemampuanku menendang?"
"Lumayan. Besok, kau akan latihan menendang lagi."
*
"Tendanganmu bagus. Berarti kau sudah cukup mengerti cara mengontrol kekuatan tendangan."
"Apakah besok masih latihan menendang?"
"Betul. Ayo, kita pulang!"
*
"Hari ini berat. Menendang sambil berlari berarti akurasinya berkurang."
"Benar. Masih ada waktu untuk memperbaikinya.
Sekarang, minumlah!"
*
"Aku tadi kecewa, tendanganku yang terakhir gagal masuk. Padahal, sudah kulakukan seperti percobaan kelima dan ketujuh."
"Besok masih bisa kaucoba lagi."
"Kenapa tidak sekarang? Aku rasa masih ada tenaga untuk kembali latihan. Lagipula, teman-teman juga masih berlatih."
"Tidak usah."
"Kenapa, Yah?"
"Menghabiskan tenaga, berarti kau butuh waktu lebih lama untuk kembali sediakala."
"Aku nanti tidak akan main game, dan langsung tidur kok, Yah."
"Dengar, terkadang kau juga butuh bermain game."
"Aku tidak menyangka."
"Aku tidak melarangmu bermain game. Tapi, aku akan menghentikan waktumu bermain game jika terlalu lama."
"Oke, Yah. Aku mengerti."