Sudah cukup banyak cerita rakyat yang saya baca atau saya dengar sewaktu kecil. Minimal dari cerita-cerita yang mudah ditemui di tempat tinggal. Berhubung saya tinggal di Jawa, maka cerita rakyat yang saya jumpai juga yang mayoritas di Jawa.
"Kukuruyuk ... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah hutan belantara, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra Raja Jenggala."
Dari sekian cerita yang saya ketahui, salah satunya yang paling membekas maknanya sampai sekarang adalah "Cindelaras". Kisah Cindelaras berlatar tempat di Jawa Timur, tepatnya di Kerajaan Jenggala. Rajanya bernama Raden Putra.
Raden Putra memiliki permaisuri dan selir. Suatu ketika, terjadi permasalahan di antara dua perempuan itu yang membuat sang permaisuri terusir dari kerajaan. Bahkan, Patih Kerajaan dititahkan untuk membunuh sang permaisuri.
Beruntung, sang patih tidak melakukannya. Itu membuat permaisuri yang akhirnya diketahui sedang hamil tetap dapat hidup meski di hutan belantara.
Sang bayi yang dikandung akhirnya lahir dan berjenis kelamin laki-laki. Dia yang kemudian kita kenal sebagai Cindelaras.
Ketika masih bocah dia mendapatkan telur ayam yang kemudian menjadi ayam jago yang pandai bertarung. Setiap ayam jantan di arena sabung berhasil dikalahkan oleh Ayam Cindelaras.
Itu yang kemudian membuat Cindelaras dipanggil ke istana untuk mempertarungkan ayam jantannya dengan ayam jantan milik Raden Putra. Seperti yang kita tahu, Ayam Cindelaras berhasil menang, dan di sanalah terkuak jati diri Cindelaras yang merupakan putra Raja Jenggala.
Mengetahui cerita yang kira-kira seperti itu, saya menemukan beberapa poin penting yang mungkin ada dan tidak ada di cerita lain. Poin-poin inilah yang kemudian acapkali merasuk di pikiran saya dan cenderung terinspirasi oleh kisah Cindelaras.
Pertama adalah grapyak. Cindelaras yang dari hutan bisa sampai ke istana tidak lepas dari mudahnya ia bergaul dengan hal-hal di sekitarnya, entah hewan atau manusia.
Poin ini sebenarnya kadangkala saya upayakan dapat terjadi pada diri saya. Memang, secara alami itu sulit, tetapi di waktu-waktu tertentu saya berusaha menerapkannya, dan itu juga taklepas dari inspirasi kisah Cindelaras.
Kedua adalah berani. Sebagai anak lelaki satu-satunya jelas Cindelaras perlu memiliki sifat dan sikap berani. Jika tidak demikian, sulit baginya untuk kembali membawa pulang ibu ke rumah yang sebenarnya.