Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ibu Tetap "Santuy" Ketika Saya Mendengar Lagu "Tenda Biru"

9 Januari 2021   17:22 Diperbarui: 9 Januari 2021   17:24 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul album musik Desy Ratnasari. Gambar: via Kkbox.com

Menurut pengamatan sekilas saya tentang musik di setiap dekade--termasuk musik 90s--selalu ada satu hal yang mendominasi, yaitu lagu cinta. Lagu cinta tidak hanya semarak akhir-akhir ini atau dalam 10 tahun terakhir. Pada 2 dekade sebelumnya pun lagu cinta sangat populer, termasuk dalam musik 90s.

Itulah mengapa, ketika saya sering menemukan keluhan para orang tua yang tidak tenang dan cenderung panik saat mendengar anak-anak mungilnya menyanyikan lagu-lagu cinta, saya terheran-heran. Memangnya mereka dulu tidak begitu?

Sebenarnya jika saya menikah muda, mungkin di usia saat ini saya juga sudah punya anak balita. Seandainya hal itu terjadi dan ternyata anak saya lebih fasih bernyanyi dengan lirik "Di depan orang tuamu, kau malukan diriku....", apakah saya akan pusing dan marah?

Mungkin iya, dan mungkin tidak. Mungkin iya, jika si anak ternyata tidak tahu makna dari lagu itu. Tetapi, saya juga mungkin tidak akan pusing apalagi marah jika ternyata si anak bisa memahami konteks lagu itu.

Selain itu, saya juga akan meninjau ulang pada pengalaman pribadi di masa kecil. Sepanjang saya mengarungi masa kecil, saya tidak menemukan adanya pengekangan terkait musik yang saya dengarkan.

Saya tidak harus mendengarkan lagu "Diobok-obok airnya diobok-obok" atau "Papa bolo-bolo, mama bolo-bolo" setiap hari. Dua lagu itu dan lagu sejenisnya memang saya dengarkan. Tetapi, tidak harus menjadi musik yang harus saya sukai dan saya nyanyikan. Mengapa begitu?

Menurut sepemahaman saya, ada anak-anak yang memang cepat mengembangkan kemampuan berpikirnya, meski usianya mungkin bisa dianggap seujung jari orang tuanya. Dan tentu, ada pula yang cara berpikirnya hanya mengikuti pertambahan usianya.

Artinya, tidak semua anak harus berada di "kotak musik" yang sama. Anak-anak itu bisa mencari "kotak musik" yang sesuai dengan ketertarikannya. Jika anak itu tidak senang mengapa harus dipaksakan?

Hal itu yang juga dilakukan ibu saya. Bahkan, menariknya selama saya kecil selera musik saya tidak ada pembatasan. Bukan karena ibu saya tidak peduli, tetapi ibu saya tahu bahwa telinga saya juga mendengar lagu anak-anak.

Artinya, saya masih bisa dikatakan seimbang dalam mendengarkan musik. Musik anak-anak iya, musik remaja iya, musik dewasa pun iya.

Apakah itu tidak terjadi pada anak-anak zaman sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun