Sebagai penikmat gelaran sepak bola Liga Inggris (Premier League), saya tentu tidak terlewatkan oleh kabar terbaru dari Arsenal dan Mesut Ozil. Dua pihak yang awalnya menjadi satu namun kini sedang di persimpangan.
Uniknya, mereka masih belum resmi berpisah. Satunya ingin bercerai, satunya masih kukuh mempertahankan diri berdasarkan kontraknya.
Tidak ada yang sepenuhnya salah. Arsenal mengutamakan kebutuhan tim, tentu suatu keharusan.
Begitu pula dengan Ozil yang mengedepankan haknya sebagai pemain Arsenal yang seharusnya juga dapat tetap bermain di Arsenal. Tidak salah, bukan?
Jika merujuk pada komentar Pak Supartono, bahwa pemain juga buruh. Maka, apa yang dilakukan Ozil adalah upaya untuk tetap dapat hidup pantas di masa pandemi.
Hanya, yang menjadi perdebatan adalah Ozil terlihat tidak berupaya menyelamatkan kariernya dalam rentang waktu yang lebih banyak. Dia terlihat berupaya hanya fokus kepada Arsenal.
Loyalitas memang suatu hal yang luar biasa. Tetapi, sebagai pemain profesional, seharusnya dia memikirkan bagaimana kelanjutan kariernya jika sudah (dipastikan) tidak bersama Arsenal.
Secara usia, dia masih belum setua Cristiano Ronaldo, apalagi Zlatan Ibrahimovic. Artinya, ia masih punya beberapa musim untuk berkarier sebelum gantung sepatu.
Jika dia tidak berupaya tetap bermain, khususnya dalam waktu setengah musim, maka setengah musim selanjutnya akan menjadi tanda tanya besar bagi klub lain yang hendak menampungnya.
Bahkan, meskipun nanti calon klub barunya adalah klub dari Serie A, mereka pasti juga masih berdebat secara internal terkait untung-rugi merekrut Ozil.
Mengapa Serie A?