Namun, di laga besar ini, ternyata keduanya bermain cukup berimbang. Meski Inter terlihat lebih bagus dalam penguasaan bola, namun Lazio juga sangat agresif dalam menyerang.
Berkaca pada hasil laga ini, Inter sepertinya masih belum bisa disebut siap bertarung untuk juara. Memang, musim baru berjalan di laga keempat atau ketiga--masing-masing klub berbeda. Namun, ini membuktikan bahwa pasukan Conte masih belum stabil.
Mereka masih seperti musim lalu yang banyak membuang peluang, kurang efektif, dan terkadang terlibat intrik-intrik yang belum tentu mereka kuasai. Bayang-bayang kekalahan di final Liga Eropa musim kemarin--karena kegagalan meredam emosi dalam diri skuad--terlihat lagi di laga ini.
Ia yang sangat mendambakan pemain yang bermain lugas seperti Vidal seharusnya berkaca pada keengganannya memainkan Radja Nainggolan atau Marcelo Brozovic. Memangnya, apa bedanya ketiga pemain itu?
Vidal bisa sedikit unggul karena ia juga bisa menjadi penyerang bayangan. Dia cukup produktif dalam urusan mencetak gol dibandingkan Brozovic atau Nainggolan.
Tetapi, peran seperti ini bisa saja diemban oleh Nicolo Barella, Stefano Sensi, atau Gagliardini. Sedangkan peran sebagai gelandang jangkar tetap dijalankan oleh Brozovic atau Nainggolan.
Artinya, Conte sebenarnya tidak banyak mengubah peran yang ia butuhkan. Ia hanya mengubah sosoknya. Ia berharap yang paling ideal, tetapi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan yang sebelumnya.
Satu-satunya keputusan yang bagus dari Conte adalah merekrut Hakimi. Pemain itu memang lebih cepat dari Antonio Candreva, walau Candreva juga tak lambat.
Tetapi, Hakimi lebih muda*, lebih berprospek jangka panjang, dan ia masih mau mendahulukan rekannya untuk mencetak gol sebelum ia yang ambil sendiri. Poin terakhir itulah yang kadang disesalkan oleh (mungkin) penggemar Inter musim lalu ketika melihat Candreva.