Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Susahnya Menyembunyikan Kesedihan sebagai Tokoh Publik

5 Agustus 2020   12:07 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:16 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Marwan tak kuasa untuk tetap tegar menanggapi seorang reporter pasca kejadian. Gambar: Twitter

Awalnya, saya membuka sebuah media sosial untuk mencari kabar tentang sepak bola, namun mata saya menangkap adanya pesan sosial kepada sebuah negara. Cuitan itu berasal dari klub yang kebetulan saya follow.

Berhubung tidak ada tagar, saya masih belum mencoba mencari tahu tentang apa yang terjadi pada tempat tersebut. Baru ketika saya membuka bagian eksplor, di sana terpampang tagar yang berkaitan dengan apa yang dicuit oleh klub itu. Dan, tagarnya berada di urutan teratas, alias top trending topic.

Dari sana saya akhirnya menemukan konfirmasi, bahwa Lebanon mendapatkan musibah berupa ledakan besar. Ledakan itu ternyata menimpa kawasan sibuk di negara tersebut, yaitu Beirut.

Berbagai unggahan dari netizen membuat saya turut prihatin dengan kejadian yang menimpa Lebanon. Sebenarnya sulit untuk melihat situasi ini. Namun, saya juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Sampai kemudian saya menemukan sebuah cuitan yang melekatkan video dari tokoh publik Lebanon, yaitu Marwan Abboud. Tokoh itu menjabat sebagai Gubernur Beirut. Dan, sebagai pejabat, sudah lazimnya dikunjungi reporter untuk dapat memberikan konfirmasi terkait kejadian mengejutkan tersebut.

Gubernur Marwan tak kuasa untuk tetap tegar menanggapi seorang reporter pasca kejadian. Gambar: Twitter
Gubernur Marwan tak kuasa untuk tetap tegar menanggapi seorang reporter pasca kejadian. Gambar: Twitter
Awalnya terlihat ada upaya untuk tetap tegar. Namun, akhirnya Marwan tak mampu menahan kesedihan yang ia rasakan terkait musibah tersebut.

Inilah yang membuat saya tergerak untuk membuat tulisan ini. Menurut saya, menjadi pihak yang harus berada di depan publik ketika ada kejadian yang senahas itu sangatlah sulit.

Di satu sisi, mereka harus profesional. Namun di sisi lain, mereka juga manusia. Mereka pasti memiliki perasaan, sama seperti masyarakat di balik pintu-pintu rumah.

Bedanya, masyarakat masih bisa menangis histeris, bahkan menyumpah-serapah. Sedangkan tokoh publik belum tentu bisa melakukannya, khususnya ketika mereka masih mampu bersikap tegar.

Beberapa cuitan belasungkawa masyarakatnet. Gambar: Twitter
Beberapa cuitan belasungkawa masyarakatnet. Gambar: Twitter
Hanya, ketika saya menonton video itu, rasa sedih saya nyaris tak terkontrol karena membayangkan bagaimana cara mereka untuk survive. Karena, ketika musibah ini terjadi pasti pihak seperti dialah yang akan memikirkan dan berupaya bergerak terlebih dahulu untuk membangun dan menata ulang kotanya yang hancur.

Ini juga membuat saya menaruh respek kepada mereka, ketika dewasa ini saya sering membaca banyak sekali komentar-komentar bernada menuntut (saja) yang terus membombardir laman media sosial. Di satu sisi saya memaklumi itu, tetapi di sisi lain saya juga merasa miris, karena seolah setiap komentar yang dibuat itu sudah tanpa melalui renungan bersama cermin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun