Saya sangat tahu lebaran tahun ini (sedikit) berbeda dengan tahun sebelumnya, apalagi 20 tahun lalu. Tentu sangat berbeda.
Namun, mengingat masa lalu bukan berarti saya tak bisa melangkah ke depan untuk merangkai bunga-bunga yang lebih segar. Ini hanya untuk membuat saya menghargai masa lalu.
Tanpa kenangan itu, tentu saya sudah sangat mengeluhkan hari ini. Mengapa tidak kita kembali ke masa itu saja?
Tentu pertanyaan ini sangat sulit untuk dijawab. Bahkan, saya pun enggan menjawabnya. Namun jika memang ada kesempatan kembali ke masa lalu, saya tidak akan berupaya merubah jalan cerita untuk ke masa kini.
Saya hanya ingin menikmati saja setiap jamnya, membuat kenangan itu lebih mengakar kuat di gundukan kepala. Tujuannya agar saya bisa lebih tegar, bahwa saya toh pernah seperti keluarga-keluarga yang saya lihat di status-status dan grup chat.
Sesekali manusiawi, saya iri dengan pemandangan tersebut. Namun saya pikir, orang lain juga menginginkan hari raya yang tetap tenang dan semakin tenang seperti tahun ini.
Tidak ada perayaan, tidak perlu kue kering, namun tetap ada panjatan-panjatan doa. Permintaan maaf tidak cukup menjadi basa-basi, melainkan harus dengan harapan bahwa esoknya ada perubahan.
Sedikit saja bukan masalah. Selama itu tulus, saya kira akan ada yang memahaminya.
Begitu pula dengan mengingat kenangan Idul Fitri yang berkesan. Meski sudah bertahun-tahun berlalu, menemukan kepingan-kepingan memori di masa kecil terasa menyenangkan.
Lebaran memang sangat indah dirayakan dengan melihat ada orang tua dan saudara di tempat yang sama. Bagi saya itu sudah sangat cukup.
Hanya, saya juga perlu menyadari bahwa kehidupan terus berlalu. Kehidupan tidak menunggu orang untuk meratapi masa lalu.